Makassar, SULSELSEHAT – Hujan lebat dan bencana banjir terjadi di berbagai daerah beberapa hari terakhir. Di Kabupaten Jeneponto dan Bantaeng, hujan lebat dan banjir menyebabkan kerugian materil dan non-materil yang tidak sedikit.
Salah satu potensi masalah yang kerap terjadi pasca bencana banjir adalah munculnya berbagai penyakit infeksi seperti demam thypoid, parathypoid, diare, Hepatitis A, demam berdarah dan masih banyak lagi.
Agar terhindar dari berbagai penyakit tersebut, Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kota Makassar, dr Wahyudi menyarankan agar warga tetap melaksanakan Praktek Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Cara tepat untuk mencegah datangnya penyakit pasca banjir adalah masyarakat atau pun korban dapat menerapkan Praktek Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu melakukan cuci tangan setelah kontak dengan air banjir (khususnya sebelum makan), tidak membiarkan anak-anak bermain dengan air banjir dan mainan yang sudah terkontaminasi air banjir,” ujarnya kepada Sulselsehat.com, Selasa (16/06/2020).
Fenomena yang terjadi sekarang ini, sorot Yudi, sapaan akrab dia, terkadang wilayah banjir malah dijadikan ‘objek wisata’ dimana anak-anak menggunakan air banjir sebagai tempat berenang.
“Oleh karena itu dalam pemberian bantuan, selain kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian, pemberian peralatan hygiene set (sabun) juga harus diberikan pada korban banjir,” jelasnya.
Menurut dokter jebolan Fakultas Kedokteran UMI Makassar itu, edukasi kepada orang tua dan anak-anak terkait dengan penyebaran penyakit fecal-oral melalui air banjir perlu dilakukan simultan dengan pemberian bantuan.
Ia melanjutkan, bencana alam, apapun jenisnya, akan memberikan beban yang berat bagi siapapun yang mengalaminya, bukan saja secara fisik memengaruhi kesehatan, tetapi juga termasuk masalah psikis yang ditimbulkan.
Yudi melansir sejumlah penelitian yang menunjukkan timbulnya masalah psikis yang bermakna saat terjadi bencana, seperti kecemasan, depresi, Post Traumatic Stress Syndrome (PTSD) dan kondisi yang paling berat adalah bunuh diri.
Masalahnya, beber dokter estetika itu, penanganan kesehatan jiwa para korban bencana belum menjadi prioritas. Data-data terkait banyaknya korban yang mengalami gangguan jiwa (sangat ringan hingga sangat berat) belum dapat ditemukan.
“Mungkin dengan bencana banjir kali ini, informasi tentang kesehatan jiwa korban perlu menjadi salah satu data yang dikumpulkan dan diamati karena walau bagaimanapun kesehatan tidak dapat hanya dilihat dari aspek fisik saja, tetapi juga perlu memperhatikan aspek mental,” tutupnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.