The World’s First Oils, judul asli dari artikel ini, diterbitkan AramcoWorld Magazine dalam Edisi Mei/Juni 2020. Atas izin mereka dan penulisnya sendiri Ken Chitwood, artikel itu diterjemahkan oleh SulselSehat.com dan dibagi ke dalam 2 bagian.
— BAGIAN PERTAMA —
Botol-botol mungil, berwarna-warni, dan produk rumah tangga massal yang terisi penuh atau memakai minyak “esensial” alami yang menyengat. Itu telah menjadi pemandangan umum di rak-rak ritel dan situs web. Hampir semua merupakan fitur yang tidak biasa dari lanskap konsumen modern.
Minyak esensial (essential oils) semakin menjadi bagian dari gaya hidup — seperti yoga atau pangan organik — yang menarik bagi pemuda dan orang-orang tua, pria dan wanita.
Baru-baru ini hingga satu dekade yang lalu, apa pun yang diresapi dengan wewangian minyak esensial yang berbau harum mungkin lebih terkait dengan minyak beraroma daun nilam khas kaum nyentrik.
Tetapi hari ini, membeli, memakai, dan menyemprotkan minyak esensial hampir sama lazimnya dengan belanja daring yang telah membantu mempopulerkan produknya.
Menurut perusahaan riset pasar Statista, nilai pasar global untuk minyak esensial diproyeksikan mencapai $27 miliar (Rp380 triliun) pada tahun 2022, berdasarkan perkiraan yang dilakukan sebelum wabah Covid-19.
Pasar di Amerika Serikat saja saat ini bernilai $4 miliar (Rp56 triliun), dan minyak esensial sekarang membantu mengharumkan parfum, sabun, kosmetik, perasa, produk pembersih, losion, lilin, produk aromaterapi dan bahkan aerosol seperti “Sleep Serenity Moonlit Lavender,” selaput “kabut kamar tidur” oleh Febreze.
Dicampur dengan ekstrak kulit jujube (buah berry yang dapat dimakan seperti tanaman Eurasia, sebelumnya diambil sebagai obat batuk), mereka juga ditemukan di sampo Christophe Robin dari Sephora. Daftarnya malah bisa berlanjut.
Semakin populernya minyak esensial adalah babak terakhir dalam sejarah penggunaannya dan daya tarik yang telah ada sejak lebih dari 3.000 tahun silam.
Digunakan selama berabad-abad untuk menjaga badan tetap sehat, beribadah, tidur nyenyak, menghilangkan stres, menambah syahdu makan malam dan hanya berbau harum, yang dikenal di Yunani klasik dan Romawi sebagai “minyak harum dan salep dari Timur” yang berhembus ke barat —seperti dialihbasakan ahli kimia organik AJ Haagen-Smit pada tahun 1961.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.