Jejak Sejarah Minyak Pertama di Dunia

Gambar Gravatar
Ilustrasi Minyak Esensial
Ilustrasi Minyak Esensial. (Foto: Pixabay.com)

Dari para cendekiawan inilah banyak pengetahuan tentang obat-obatan nabati, esens, dan minyak dari Eropa berasal, di mana seringkali para biksu merawat orang sakit dengan ekstraksi herbal.

Minyak dibakar dalam upaya untuk menangkal wabah penyakit, seperti ketika kemenyan dan pinus dibakar di jalan-jalan terhadap wabah pes, yang gelombang pertamanya muncul pada tahun 542 M dan menewaskan lebih dari 25 juta orang.

JANGAN LEWATKAN :

doTERRA salah satu produk minyak esensial
doTERRA salah satu produk minyak esensial. (Foto: Pixabay.com)

Pada Abad Pertengahan belakangan, parfum dan minyak dibawa kembali ke Eropa sepulangnya tentara Perang Salib, dan kemudian, herbalis Eropa Renaissance, alkemis, dan pemimpin spiritual, seperti Hildegard von Bingen, Nicholas Culpepper, Hieronymus Braunschweig, dan Paracelsus, semuanya meminjam pengetahuan dari para leluhur Islam untuk mulai mencoba-coba minyak suling seperti lavender, rosemary, pala, dan cengkeh.

Tersusunlah tahap bagi daya tarik Barat dengan menggunakan minyak esensial buat aromaterapi pada awal abad ke-20, yang secara luas diakui oleh René-Maurice Gattefossé dari Perancis.

Bersama saudara-saudaranya, Gattefossé mewarisi bisnis minyak esensial dari ayahnya pada tahun 1907, di mana mereka memproduksi minyak untuk parfum Prancis yang populer dan industri obat. Selama Perang Dunia Pertama, Gattefossé mengembangkan metodenya menggunakan minyak esensial untuk membantu tentara yang terluka, dan aromaterapi modern pun lahir.

Dari lebih dari 90 jenis minyak esensial di pasaran di seluruh dunia, kemenyan tetap berada di antara lima teratas, dan di antara semua itu adalah yang paling dirujuk secara historis.

Berasal dari pohon Boswellia sacra tidak hanya di Semenanjung Arab selatan, kemenyan juga dapat ditemukan di kawasan Tanduk Afrika. Nira masih disadap, dikumpulkan, dan dijual ke pasar global.

Dinilai karena aroma, rasa, dan efek pengobatannya, kemenyan dulunya bernilai per pon (453,5 gram) lebih daripada emas di seluruh Timur Tengah, dan dijual hingga sejauh India, berbagai daerah lain di Asia, dan di seluruh Eropa. Alih-alih dijual sebagai resin, sekarang paling sering didistribusikan dalam bentuk minyak esensial.

“Perdagangan kemenyan telah berlangsung sejak sebelum zaman [Piramida Besar], dan orang-orang dari luar Oman telah lama menghargainya,” kata Ashad Chaudry, salah satu pemilik Salalah Frankincense Oil, llc, yang merupakan salah satu pemasok doTERRA. Chaudry telah berkecimpung dalam bisnis ini selama lebih dari 40 tahun.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT