Makassar, SULSELSEHAT — Hipertensi merupakan penyakit yang sering kali tidak disadari keberadaannya. Pada umumnya hipertensi tidak disertai dengan gejala atau keluhan tertentu.
Dalam banyaknya kasus, penderita hipertensi baru akan mengetahui ketika sudah terjadi komplikasi berbahaya yang dapat berujung pada kematian.
Bahkan hal ini mendasari mengapa penderita tekanan darah tinggi, mesti mewaspadai gejala hipertensi.
Tak hanya itu ada beberapa keluhan tidak spesifik pada penderita hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, rasa sakit di dada, gelisah, penglihatan kabur, mudah lelah dan jantung berdebar-debar.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Cut Putri Arianie mengatakan, dalam mewaspadai diri menderita hipertensi.
Menurutnya, masyarakat mesti menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini bisa dimulai dengan mengukur tekanan darah secara teratur, menjaga makanan tetap sehat dengan membatasi konsumsi gula, garam dan lemak, serta menghindari makanan yang mengandung kadar gula tinggi atau manis.
“Perbanyak makan buah dan sayur, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik secara rutin seperti jalan atau melakukan aktivitas sehari-hari di rumah. Ini juga menjadi cara yang baik dalam mencegah diri dan mengobati penyakit hipertensi,” katanya, Jumat (16/10/2020) .
Di samping menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi harus dilakukan dengan melakukan deteksi sedini mungkin.
Bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko maka deteksi dini berupa pengukuran tekanan darah hendaknya dilakukan sebulan sekali, sementara bagi orang sehat tetap harus melakukan skrining minimal sekali dalam rentang waktu 6 bulan sampai 1 tahun.
Upaya ini kemudian ditindaklanjuti dengan rujukan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sehingga permasalahan hipertensi dapat segera dicegah dan dikendalikan.
“Skrining dan deteksi dini pengukuran tekanan darah yang benar dan teratur merupakan kunci utama menemukan kasus sedini mungkin sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat,” terangnya.
Menurut dr Cut Putri, salah satu faktor risiko hipertensi adalah riwayat keluarga. Apabila anggota keluarga ada yang mengidap hipertensi, kemungkinan keluarga sekitar mengalami kondisi yang sama dan akan meningkat berlipat ganda.
“Itulah sebabnya kenapa kita harus lebih memperhatikan penerapan gaya hidup sehat dan diet rendah garam. Hal ini dilakukan demi menekan risiko kemunculan penyakit yang sama serendah mungkin,” tutupnya.
Sementara, salah satu anggota Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) dr Erwinanto menuturkan, rutin mengukur tekanan darah sangat penting dilakukan baik bagi orang sehat maupun orang dengan faktor risiko.
Tujuan pengukuran tekanan darah sebagai penapisan dan diagnosis, pengobatan serta keberhasilan pengobatan. Upaya ini harus digiatkan terutama bagi orang dengan rentang usia diatas 40 tahun serta memiliki tekanan darah normal-tinggi.
“Semakin tinggi umur anda semakin besar kemungkinan anda terkena hipertensi. Tekanan normal-tinggi 37 persen mengalami hipertensi dalam jangka waktu 4 tahun kedepan, itulah kenapa diperlukan pengukuran tekanan darah secara berkala,” terangnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.