Cegah Flu Babi G4, Pemerintah Gunakan Pendekatan One Health

Gambar Gravatar
Penanganan Flu Babi Jenis Baru
lustrasi penanganan virus flu babi (Foto: Kemenkes RI)

Makassar, SULSELSEHAT — Penyakit yang disebabkan dari galur virus flu babi jenis baru atau G4 EA H1N1 disebut sebagai penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau zoonosis.

Dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis ini, pemerintah pusat menggunakan pendekatan One Health.

JANGAN LEWATKAN :

Pendekatan One Health melibatkan kementerian dan lembaga terkait. Di antaranya, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang selalu bekerjasama di bawah koordinasi dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Pendekatan One Health ini pun sudah diterapkan sejak lama di Indonesia dan telah berjalan dengan baik.

BACA:  Waspada! Ada Ancaman Flu Babi Jenis Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Direkrut Centers for Disease Control WHO SAERO Prof Tjandra Yoga Adhitama mengatakan, Indonesia sekarang ini sudah memiliki modal melalui pembelajaran pandemi flu babi dan flu burung sebelumnya.

Sehingga surveilans dan jejaring laboratorium yang sudah ada menjadi modal untuk mengantisipasi adanya ancaman pandemi baru kedepan.

“WHO sendiri terus melakukan monitoring terhadap perkembangan G4 ini sendiri karena sebenarnya virus H1N1 G4 ini dilaporkan sudah ada sejak 2016 dan CDC juga terus melakukan monitoring terhadap pekembangan virus tipe G4 ini,” katanya dalam pernyataannya yang diterima Sulselsehat.com, Senin (13/07/2020).

Dalam pendekatan one health ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dan disikapi dengan tepat terkait dengan zoonosis.

Pertama, zoonosis cenderung menimbulkan mortalitas tinggi pada hewan dan manusia, sehingga berakibat negatif pada kehidupan, keselamatan, perekonomian, serta kesejahteraan manusia.

BACA:  Kementan dan Kemenkes Perkuat Sosialisasi Flu Babi Jenis Baru ke Masyarakat

Kedua, dalam kondisi dewasa ini, ancaman penyakit infeksi emerging meningkat dalam skala global dengan munculnya hotspot zoonosis di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

“Dengan semakin derasnya arus globalisasi informasi, perdagangan dan transportasi, maka mobilitas orang, hewan, barang dan alat angkut lintas negara semakin intens. Seakan-akan tidak ada lagi batas nasional antara negara. Ini kemudian berdampak pada semakin mudahnya penularan dan penyebaran penyakit menular, termasuk zoonosis,” terangnya.

Lanjutnya, akibatnya zoonosis juga berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Selanjutnya kata Prof Tjandra, penularan zoonosis dapat terjadi dari hewan domestik atau pets, dari hewan ternak, dan dari satwa liar ke manusia.

BACA:  Kementan dan Kemenkes Perkuat Sosialisasi Flu Babi Jenis Baru ke Masyarakat

Penularan seperti ini disebut spillover. Dimana, manusia, sebagai inang baru zoonosis tertentu, dapat menjadi semacam amplifier penularan dari manusia ke manusia secara cepat.

Kemudian, zoonosis tertentu, seperti antraks, pernah dilaporkan digunakan sebagai senjata biologis dan disalah-gunakan untuk tujuan bio-terorisme.

Tak hanya itu, pemerintah bersama masyarakat saat ini memberikan perhatian khusus pada zoonosis tertentu yang merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia serta mempunyai tehnologi intervensi yang layak, efektif dan efisien untuk dilaksanakan, yaitu rabies, flu burung, leptospirosis, antraks dan pes.

“Yang penting kita tetap melakukan kewaspadaan dan tindakan pencegahan mulai dari hulu, yaitu pencegahan pada hewan khususnya babi,” tegas Prof Tjandra.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT