Makassar, SULSELSEHAT — Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, civitas akademika Universitas Hasanuddin mengulas sejumlah fenomena yang terdampak pandemi dari sejumlah perspektif.
Mulai dari persoalan medis, kesehatan masyarakat, farmasi, ketahanan pangan, dan keteknikan hingga penjabaran Covid-19 dari sudut pandang keilmuan hukum, sosial, ekonomi, serta budaya. Hal ini tertuang dalam buku berjudul “Merajut Asa di Tengah Pandemi Covid-19: Pandangan Akademisi Unhas“.
Buku tersebut berisi tulisan 49 akademisi Unhas yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Dimana dalam buku tersebut dijabarkan berbagai catatan multidisiplin terkait refleksi, gagasan dan aksi mengatasi pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 hingga sekarang ini.
Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu mengungkapkan, Unhas berkomitmen memperluas cakupan dan manfaat kehadirannya melalui transformasi aksi untuk bangsa dan masyarakat.
“Kita bergerak dari ide “bermanfaat untuk masyarakat” menuju ke arah yang lebih luas, yaitu dengan berkontribusi untuk kemanusiaan. Apalagi saat ini kita masih menghadapi sejumlah masalah kemanusiaan, dimana kampus harus berperan aktif dan menjadi bagian dari solusi,” katanya kepada Sulselsehat.com, Rabu (15/07/2020).
Dalam penyusunan buku dengan ketebelan 243 halaman ini melibatkan enam guru besar. Antara lain Prof Andi Iqbal Burhanuddin, Prof Muh Nasrum Massi, Prof Marsuki, DEA, Prof drg Hasanuddin Thahir, Prof Amran Razak, dan Prof Tasrief Surungan.
Lanjutnya, proses penyusunan buku ini sendiri berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Dimana pengumpulan naskah berlangsung pada awal Mei 2020.
“Memang waktunya sangat singkat, tapi dikumpulkan sebanyak 49 tulisan. Selanjutnya, tim penyuntng melakukan proses edit, pra cetak dan cetak,” ujarnya.
Sementara Prof dr. Veny Hadju dalam buku tersebut membahas terkait “Puasa, Imunitas, dan Upaya Pencegahan Covid-19”.
Tulisan ini nampaknya diinspirasi oleh waktu datangnya bulan Ramadhan 1441 Hijriah, pada saat situasi pandemi Covid-19 sedang berada pada situasi serius.
“Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa puasa selama 30 hari menjadikan seluruh sel-sel tubuh menjadi baru. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan imunitas tubuh menjadi 10 kali lipat. Hal ini sangat berbeda dengan dugaan selama ini bahwa berpuasa akan menurunkan imunitas,” tulis Prof. Veny dalam artikelnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.