Dampak dari wabah hitam ini menimbulkan gejolak sosial, ekonomi, politik dan keagamaan yang sangat berpengaruh terhadap jalannya sejarah Eropa.
Dibutuhkan waktu selama satu setengah abad untuk pemulihan Eropa pasca bencana. Pandemi ini menghantam Eropa berkali-kali sampai akhirnya berlalu di abad ke-19.
Ketiga, Wabah Spanyol (Spanish Flu, 1918). Wabah flu H1N1 ini diperkirakan menewaskan 50 juta orang di seluruh dunia, termasuk sekitar 675.000 orang di Amerika.
Meski sebatas perkiraan, korban akibat pandemi ini melebihi nyawa manusia yang hilang akibat dari PD I yaitu sekitar 12-14 juta jiwa. Walaupun penyakit ini pertama dilaporkan terjangkit di Amerika, pandemi ini kemudian dinamai sebagai flu Spanyol.
Hanya media Spanyol yang secara terus-menerus memberitakan perkembangan pandemi ini berikut jumlah korbannya, karena Spanyol memilih netral di PD I. Makanya wabah ini diberi nama flu Spanyol.
Media di negara-negara yang terlibat perang tidak meliput pemberitaan mengenai wabah ini karena ingin menjaga mental dan spirit dari prajuritnya (Juditha Wojcik dan Sebastian Vollmer, 2017).
Meski banyak penulis yang menegaskan kalau wabah ini bermula di Amerika, sejarawan Mark Humphries dari Memorial University, Newfoundland menyatakan bahwa virus yang mematikan ini kemungkinan berasal dari Cina.
Humphries mencatat bahwa terdapat mobilisasi sekitar 96.000 buruh dari Cina yang membantu Inggris dan Perancis membangun infrastruktur perang di front Barat (Dan Vergano, 2014).
Keempat, Flu Asian (1957). Pandemi ini merupakan salah satu yang terbesar dampaknya dalam sejarah. Flu Asian ini masuk pandemi kategori 2 yang untuk pertama kalinya terjadi di China di awal tahun 1956 dan berakhir di tahun 1958.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.