Covid-19 dan Paradoks Homo Deus

Gambar Gravatar
Homo Deus

Wabah flu Asian ini merupakan pandemi kedua terbesar dalam sejarah di abad ke-20 setelah flu Spanyol di tahun 1918-1919. Penyebab dari pandemi ini adalah virus yang dikenal dengan influenza A subtipe H2N2.

Di bulan Agustus 1957 Flu Asian merebak yang menjadi asal muasal flu babi tipe A yang akhirnya menjadi wabah di tahun 2009.

JANGAN LEWATKAN :

Pada mulanya wabah ini menyerang sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu komunitas yang berdekatan seperti kamp militer dan perkemahan musim panas.

Virus kemudian menyebar begitu cepat ke sekolah-sekolah ibarat angin yang berhembus kencang menerpa rumput kering. Akhirnya di bulan Oktober, seluruh negeri terkena virus influenza. Flu ini memberi dampak yang sangat besar bagi usia muda.

Pada saat wabah ini dinyatakan berakhir, 40% kematian terjadi di usia di bawah 65 tahun, presentase yang lebih besar dari kejadian flu biasa.

Imajinasi Pandemik (Pandemic Imaginary)

Berbagai penelitian ilmiah multidisipliner berusaha mengungkap asal muasal dari pandemi, dampak yang ditimbulkan, bagaimana wabah itu berakhir dan kenapa wabah itu muncul kembali.

Sayangnya, tidak ditemukan jawaban saintifik yang meyakinkan mengenai misteri dari pandemi ini. Akibat nihilnya jawaban atas pandemi yang terus berulang maka terjadilah apa yang disebut oleh Albert Camus dan Thomas Mann, sebagai “dysfunctional society”.

Setiap terjadi pandemi, semua mengalami kepanikan, kegagapan dan kebingungan. Stephen Kinzer, kolumnis The Washington Post, menyebutnya sebagai kegagalan manusia dalam ber-imajinasi atau dalam istilah antropolog Christos Lynteris, “pandemic imaginary”.

Lebih jauh Kinzer meguraikan bahwa manusia terbukti gagap menghadapi ancaman selain dari apa yang telah dialaminya.

Manusia paham mengenai bahaya mematikan dari penyakit kanker atau tertabrak kendaraan.  Manusia sudah mengetahui akibat fatal dari keduanya. Otak manusia menurut Kinzer akan mengalami kesulitan mengatasi bahaya yang datang dari luar imajinasinya.

Kompleksitas dan keistimewaan otak manusia menurut Kinzer tetap saja tidak mampu menghadapi ancaman baru yang justeru lebih berbahaya dan mematikan.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT