Covid-19 dan Paradoks Homo Deus

Gambar Gravatar
Homo Deus

Diamond menyebutnya sebagai bunuh diri ekologis (ecological suicide). Temuan ini terkonfirmasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh arkeologis, klimatologis, sejarawan, palaentologis, dan palynologis.

Terdapat proses yang panjang dimana manusia melakukan pengrusakan ekologis melalui delapan kategori yaitu deforestasi dan kerusakan habitat, kerusakan tanah (erosi, salinisasi, dan hilangnya kesuburan tanah), kerusakan sumber air, perburuhan berlebihan, menangkap ikan berlebihan, pengenalan spesies baru terhadap spesies asli, pertumbuhan penduduk dan dampak peningkatan perkapita penduduk.

JANGAN LEWATKAN :

Diamond memprediksi bahwa beberapa dekade mendatang bunuh diri ekologis semakin parah dan akan mengalahkan ancaman perang nuklir atau munculnya berbagai penyakit yang akan mengancam peradaban dunia.

Delapan ancaman ekologis di atas ditambah empat ancaman baru yang disebabkan oleh ulah manusia yaitu perubahan iklim, penggunaan zat kimia berlebihan, kelangkaan energi, dan pemanfaatan kapasitas fotosintetis bumi dapat memicu terjadinya kepunahan dan kejatuhan apokaliptik peradaban manusia moderen.

Diamond akhirnya menegaskan bahwa skenario kejatuhan peradaban masa depan juga dapat terjadi akibat perang berkepanjangan karena perebutan sumber daya alam yang langka atau merebaknya wabah penyakit secara global.

Semoga pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung tidak menjadi pemicu jatuhnya peradaban yang mengarah ke punahnya manusia di muka bumi.

Sapiens masih punya waktu untuk terus belajar mengubah kualitas dirinya dalam lintasan evolusi yang dilewatinya. Sapiens masih punya kesempatan untuk beranjak dari kodratnya yang lemah, zalim dan pembuat kerusakan menjadi sapiens yang pandai bersyukur.

Sapiens masih punya waktu untuk saling berbagi dan hidup berkecukupan tanpa harus mengekploitasi alam tanpa batas. Sapiens tidak punya pilihan kecuali legowo menghentikan pertumpahan darah atas nama kekuasaan dan penaklukan.

Tidak ada kata terlambat dalam belajar. Untuk menghindari kekalahan beruntun dari mikroba, dan menghindari kemungkinan dari kepunahan, sapiens tidak punya banyak pilihan.

Ia harus bekerjasama lintas peradaban tanpa sekat kebangsaan, agama, etnisitas dan warna kulit. Kehadirannya di muka bumi harus memberi manfaat bagi seluruh alam serta berbuat adil bagi sesama.(*)

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT