Makassar, SULSELSEHAT — Kasus positif virus corona atau Covid-19 di Luwu Timur kembali meningkat. Berdasarkan data terakhir Tim Gugus Covid-19 Sulsel, kasus terpapar di wilayah tersebut sebanyak 38 kasus.
Sebelumnya, pada periode (18/9) tercatat 67 kasus, kemudian (19/9) tercatat 35 kasus, periode (20-21/9) masing-masing nol kasus, dan periode (22/9) sebanyak 25 kasus.
“Pada umumnya kasus yang ada di Luwu Timur ini karena klaster keluarga,” kata Ketua Konsultan Tim Gugus Tugas Covid-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin saat dikonfirmasi, Kamis (24/9/2020).
Selain klaster keluarga, ada juga kombinasi antara kluster perkantoran dan perjalanan. Hanya saja pihaknya belum memiliki data terkait berapa persen kluster keluarga dari total kasus yang ada di Lutim.
“Belum ada data persentasenya. Hanya saja kluster keluarga ini perlu diwaspadai selain kluster perkantoran,” kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini.
Menurutnya, penularan Covid-19 dalam lingkungan keluarga menjadi hal baru yang memang dikhawatirkan saat ini. Misalnya, di USA 60 persen kasus Covid-19 itu berasal dari kluster keluarga.
“Untuk di Indonesia, khususnya di Sulsel memang masih sedikit. Seperti tenaga dokter dan perawat yang positif, itu mereka terpapar dari keluarganya meski juga ada dari pasien-pasiennya,” kata Pakar Epidemiologi Unhas ini.
Ia mengatakan, klaster keluarga disebut sebagai pola general transmission artinya pola penularan pada tingkat meluas diantara warga.
Contohnya, ayah atau anggota keluarga yang bekerja atau beraktivitas di luar rumah mendapatkan paparan Covid-19 dari teman, selanjutnya saat pulang ke rumah tanpa gejala, bertemulah dengan anggota keluarga lainnya tanpa protokol kesehatan sehingga berpotensi besar memapari anggota keluarga.
“Transmisi ini kalau melihat studi kasusnya ada 60 persen terjadi ditingkat rumah tangga. Bahkan ada beberapa kasus satu rumah tangga terkonfirmasi Covid-19 karena adanya aktifitas anggota keluarga yang abai protokol kesehatan, belum lagi dia tanpa gejala karena memang 70 hingga 80 persen yang terkonfirmasi adalah mereka tanpa gejala,” ujarnya.
Klaster keluarga ini juga dapat dipicu dari adanya aktifitas anak-anak yang bermain di luar rumah tanpa protokol kesehatan, termasuk juga kegiatan berkumpul keluarga seperti pesta keluarga, arisan, menghadiri perayaan hari besar, mengunjungi rumah sesama warga dan kegiatan olahraga bersama.
Selain itu juga melakukan liburan, piknik, dan jalan-jalan ke tempat publik yang ramai.
“Kita sangat berharap masyarakat saat ini tetap melakukan seluruh aktivitasnya secara terbatas. Jika tidak ada hal yang penting cukup melakukan kegiatan bersama keluarga di rumah saja, dan melakukan silaturahmi secara digital. Hal ini paling baik dilakukan dalam mencegah transmisi klaster keluarga semakin massif,” tegas Prof Ridwan.
Sebelumnya, Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar dr Wahyudi Muchsin mengaku, klaster keluarga perlu diwaspadai di tengah penularan kasus Covid-19 saat ini.
“Klaster keluarga ini juga dapat dipicu dari pelaksanaan pilkada saat ini. Dimana salah satu anggota keluarga terkesan eforia dengan pergi kampanye, kemudian mereka lupa protokol kesehatan. Saat pulang kebrumah virus yang terpapar pada dirinya, kemudian ditularkan ke anggota keluarga lainnya,” singkatnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.