Makassar, SULSELSEHAT. COM — Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sulawesi Selatan Prof. Ridwan Amiruddin angkat bicara terkait gencarnya pemberitaan tentang produksi vaksin virus corona atau Covid-19.
Menurutnya, uji coba vaksin Covid-19 tersebut hingga efek lanjutannya besar kemungkinan menyebabkan distorsi informasi terhadap aspek pengendalian Covid-19. Olehnya, penting meningkatkan komunikasi yang efektif pada periode kebencanaan untuk meredam arus informasi tidak benar yang beredar di masyarakat.
“Ketimpangan akan mengarah pada menurunnya tingkat partisipasi publik terhadap penegakan protokol kesehatan.
Euforia ujicoba vaksin baik oleh pfizer maupun moderna yang mampu memberikan efikasi diatas 90 persen seolah menggiring kesadaran warga bahwa, sekarang tidak perlu khawatir karena vaksin Covid-19 sudah ditemukan, dan tidak lama lagi covid akan usai,” katanya dalam pernyataannya resminya, Sabtu (21/11/2020).
Ia mengaku, jika statemen tersebut terbangun di lingkungan masyarakat, maka akan berdampak buruk terhadap disiplin warga terhadap penegakan protokol kesehatan.
Untuk itu pola komunikasi yang mesti dibangun dengan pendekatan risk communication yang efektif adalah seluruh informasi yang disampaikan ke publik harus terukur.
Termasuk juga, pelibatan tim ahli untuk mengkaji trend distribusi dan determinant Covid-19 perlu terus diberdayakan, sebagai upaya membangun perspective positif yang reliable ke pada publik.
Selain hal tersebut juga tak kalah penting adalah pihak pemerintah yang terpercaya, serta media yang akuntable.
“Media harus secara terfokus, sistematis dan berkelanjutan menyebarkan informasi yang dapat menjadi rujukan dalam mengambil keputusan yang benar kepada masyarakat secara luas,” tegas Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Covid-19 Sulsel.
Lanjutnya, pada aspek yang lain, warga sebagai penerima pesan sekaligus aktor dalam sukses dan atau gagalnya pengendalian Covid-19 ini harus terus menurus diberikan akses atau literasi terhadap trend, determinant dan mitigasi Covid-19 secara benar.
Semakin kuat literasi publik tentang Covid-19 akan semakin menumbuhkembangkan warga yang tangguh menghadapi pandemi ini, sehingga akhirnya warga tidak mudah terprovokasi oleh berita hoax.
“Perlu dipahami bahwa intervensi spesifik pengendalian suatu penyakit dengan pemberian vaksin bukanlah intervensi paripurna yang serta merta menghilangkan penyakit yang dimaksud. Termasuk Covid-19,” katanya.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini menjelaskan, vaksinasi adalah sebuah intervensi jangka panjang yang membutuhkan banyak sumberdaya untuk dapat di gunakan secara aman.
Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (PD3I), hingga kini juga belum dapat di eliminasi misalnya campak, polio, diphteri dan influenza.
Bahkan penyakit tersebut secara berkala mengalami kejadian luar biasa (KLB) dengan frekuensi yang semakin sering, populasi terdampak yang cenderung meningkat dan wilayah yang semakin meluas.
Untuk itu perlu kepada semua pihak yang berkepentingan untuk melihat bahwa pandemi Covid-19 adalah bencana kedaruratan kesehatan masyarakat. Untuk itu mesti juga dengan pendekatan kesehatan masyarakat secara holistik.
“Pandemi Covid-19 tidak akan usai sebagaimana juga penyakit berpotensi mewabah bila kita gagal paham terhadap natural history penyakit tersebut. Intervensi yang efektif ditentukan oleh pemahaman yang benar terhadap pola pandemi itu sendiri. Kekuatan intervensi harus disatukan dengan memahami secara benar aspek lingkungan, perilaku, layanan kesehatan hingga mekanisme biologis yang mendukung pengendalian Covid-19,” tutup. Prof Ridwan.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.