Makassar, SULSELSEHAT — Bencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan, Senin (13/07) dilaporkan telah menelan 21 korban jiwa.
Hingga saat ini, petugas pemerintah bersama tim relawan dan masyarakat masih berjibaku mencari dan menolong korban yang hingga kini dinyatakan hilang disapu banjir yang bercampur lumpur.
Dalam proses pencarian, tim relawan tak ada satupun yang menerapkan protokol kesehatan seperti memakai Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, masyarakat yang berkerumun juga sangat rentan tertular Covid-19.
Salah satu titik rawan adalah proses evakuasi, transportasi sampai pemulasaran jenazah di rumah sakit sebelum jenazah dibawa pulang oleh keluarganya.
Salah satu relawan yang turun langsung ke lokasi bencana alam, dr Hisbullah Amin mengatakan bencana alam yang terjadi di Kabupaten Luwu Utara berpotensi meningkatkan penularan Covid-19.
“Saya melihat dengan mata kepala sendiri aparat, relawan dan masyarakat menarik, mengangkat jenazah dari dalam lumpur tanpa menggunakan APD, masyarakat berkerumun di tempat evakuasi, berkerumunan juga di tenda penampungan jenazah. Ini berpotensi tertular dan menularkan,” ujarnya saat dikonfirmasi Sulselsehat.com via Whatsapp, Rabu (15/07/2020).
Melihat kondisi tersebut, Direktur Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Sayang Bunda Makassar ini menyebut para relawan saat ini membutuhkan kantong jenazah, kaus tangan karet yang tebal untuk memegang jenazah, APD dan alat desinfektan untuk jenazah sebelum diidentifikasi oleh tim DVI.
“Kasian aparat kita, kasian para relawan, kasian nakes yang ikut mengelola jenazah. Mereka seyogyanya dibekali APD yang memadai. Mereka hanya bermodalkan semangat tanpa mempertimbangkan keselamatan mereka,” tambahnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.