Makassar, SULSELSEHAT — Pakar Epidemiologi Universitas Hasanuddin Prof Ridwan Amiruddin mengaku, di tengah-tengah pandemi virus corona atau Covid-19 proses pembelajaran dari rumah menjadi pilihan terbaik dalam menekan penularan.
Hal ini dengan melihat pengalaman yang terjadi di Korea pasca pandemi dimana dua minggu setelah pembukaan sekolah dilakukan kasus Covid-19 mengalami peningkatan.
“Pilihan yang sulit, tentu dengan pertimbangan yang matang, berbagai bukti menunjukkan, misalnya di Korea. Khusus Indonesia masih sulit karena kita masih berada ditengah pandemik sehingga risikonya jauh lebih besar,” katanya dalam pernyataannya yang diterima Sulselsehat.com, Rabu (29/07/2020).
Sehingga menurutnya, penutupan sekolah untuk sementara dalam mengurangi korban Covid-19, menjadi pilihan terbaik. Hanya saja tentu pembelajaran harus tetap berjalan sesuai kondisi.
“Mungkin ini implikasi tidak langsung dari merdeka belajar. Bahwa ada suatu masa, belajar bagi setiap orang itu sesuai kebutuhannya. Hal ini dapat ditunjang oleh kemajuan teknologi IT yang semakin maju,” ujarnya.
Sementara untuk daerah yang terbatas infrastrukturnya sehingga pilihan belajar dari rumah sangat terbatas. Ia menilai, disinilah refokusing kebijakan yang di lakukan oleh pemerintah menjadi penting.
Wilayah yang sudah masuk level high income province, diminta untuk mengembangkan program terobosannya.
“Untuk wilayah yang terbatas, pendampingan secara intensif dapat dilaksanakan. Menjadi otoritas pada situasi ini sungguh membutuhkan kepekaan yang super tinggi,” katanya lagi.
Pilihan belajar dari rumah dan di sekolah memiliki sisi positif maupun negatif. Misalnya belajar di sekolah sisi positifnya memiliki interaksi sosial yang tinggi antara siswa, guru, pegawai, orangtua siswa dan masyarakat luas. Tetapi sisi negatifnya potensi paparan Covid-19 pada siswa sangat tinggi.
Kemudian, jika belajar di rumah positifnya memberikan kesibukan yang luar biasa bagi anggota keluarga, misal keluarga dengan tiga anak semuanya bersekolah dan belajar di rumah. Sementara negatifnya bagaimana menyiapkan sarana belajar hingga ketersediaan pulsa internetnya.
Ia mengungkapkan, hal ini tentu memerlukan pengorbanan dan kesibukan belajar di rumah dengan segala keterbatasannya. Tetapi masih jauh lebih baik dari pada berbaring di bangsal rumah sakit karena melawan serangan Covid-19.
“Meski demikian kita harus tetap menjaga sistim pembelajaran inklusive yang melibatkan semua sarana pembelajaran harus dapat ikut serta dalam panduan belajar baik melalui kelas langsung maupun metode daring,” tegas Prof Ridwan yang juga Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini.
Protokol Kesehatan di Sekolah
Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulsel Prof Ridwan Amiruddin mengatakan, pembukaan sekolah secara bertahap sesuai level pendidikan dan kemampuan pengelolaan program penting untuk dipertimbangkan.
Sehingga protokol kesehatan di sekolah harus segera di atur. Mulai dari sekolah, guru, murid dan orangtua. Tentu mobilisasi sosial yang besar seperti ini butuh atensi yang sangat tinggi, inilah inti dari adaptasi kebiasaan baru.
“Semua kelompok kepentingan harus mengambil peran terbaik untuk menjaga pendidikan dapat terus berlangsung, disisi lain pandemik harus tetap terkontrol,” katanya.
Karena, jika tidak mau mengikuti protokol kesehatan, maka hal ini akan menjadi persoalan besar. Ibaratnya, berharap pandemi selesai, tapi tidak mau mengambil peran itu adalah kekeliruan besar.
“Hingga saat ini wilayah Sulsel pertumbuhan kasus sepekan terakhir dikisaran 0.8-1.0. Tanda pertumbuhan kasus mulai terkendali, tapi tentu semua harus tetap menjaga kewaspadaan. Disiplin terhadap penerapan protokol kesehatan adalah kunci untuk melewati pandemi ini,” tegasnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.