Makassar, SULSELSEHAT — Penyebaran virus corona atau Covid-19 di Sulawesi Selatan dinilai masih belum melandai.
Hal ini dilihat dari jumlah spesimen harian yang diperiksa diseluruh laboratorium yang ada sangat sedikit dan tidak sesuai standar organisasi kesehatan dunia.
Misalnya pada periode 31 Agustus jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 574 dan 109 dinyatakan terkonfirmasi Covid-19 dengan angka reproduksi reaktif 1.
Kemudian, pada 1 September jumlah spesimen yang diperiksa 943 dan 97 positif dengan Rt 0,92, dan pada 2 September sebanyak 624 spesimen dan 138 terkonfirmasi dengan Rt 1,12.
Sementara, jika pada aturan kesehatan dunia seharusnya jumlah spesimen yang diperiksa adalah 1000 sampel per 1 juta penduduk.
Dengan melihat kondisi ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar berharap masyarakat dan pemerintah untuk tidak lengah. Sebab penularan Covid-19 masih perlu mendapat perhatian dan penanganan serius.
“Jika dalam aturannya 1000 pemeriksaan per 1 juta penduduk per minggu. Maka di Sulsel harus memeriksa sekitar 8.700 samper per minggu dari 8.7 juta penduduk. Sedangkan kita lihat angka pemeriksaan di Sulsel sangat jauh dari target yang ada,” tegas Humas IDI Makassar dr Wahyudi Muchsin saat dikonfirmasi, Kamis (3/9/2020).
Menurutnya, jika ingin penularan Covid-19 melandai hal yang dilakukan selain mempertegas pengawasan protokol kesehatan juga mendorong agar pelaksanaan testing atau tes swab lebih di massifkan.
Apalagi pelaksanaan testing tersebut menjadi bagian 3 T (testing, tracing, treatment) dalam penanganan Covid-19 yang diminta pemerintah pusat melalui Presiden RI Joko Widodo untuk diterapkan.
“585 sampel yang diperiksa per hari itu masih kurang. Minimal 1200-1300 per hari, bukan termasuk yang kontrol swab, makannya harus dimassifkan test swab bukan kendor,” tergasnya.
Menurutnya, dengan delapan laboratorium pemeriksaan spesimen Covid-19 yang dioperasikan di Sulsel, ditambah dua mobil PCR. Maka metode pemeriksaan yakni 1000 pemeriksaan per 1 juta penduduk dinilai dapat terlaksana.
“Kita bisa mengklaim daerah tersebut zona hijau jika pelaksanaan testing yang dilakukan sesuai prosedur. Misalnya jika kita berhasil melakukan pemeriksaan swab 8.700 sampel per minggu sementara hasil yang negatifnya juga turun itu baru bisa diklaim, jika tidak maka penularan belum betul-betul melandi,” terang dr Wahyudi.
dr Wahyudi mengakui, dalam penanganan dan tindakan yang dilakukan pemerintah Sulsel melalui tim gugus tugas dianggap sudah sangat baik.
Mulai dari pendataaan, penanganan pasien, proses pemeriksaan sampai hasil dan lainnya. Hanya saja yang dianggap masih perlu didorong yakbi dalam menangani pandemi ini pemerintah seharusnya jujur.
“Kita minta ada transparansi data. Seperti misalnya spesimen yang diperiksa setiap harinya dan lainnya,” tutupnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.