Makassar, SULSELSEHAT — Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang jarang terjadi pada rahang gigi manusia. Meskipun tumor ini tergolong jinak tetapi akan menyebabkan kelainan pada wajah dan rahang yang berpengaruh pada bentuk wajah.
“Tumor ameloblastoma adalah odontogenik jinak dengan perilaku agresif dan invasif lokal dengan tingkat kekambuhan tinggi. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan mekanisme yang terkait dengan invasi sel serta mengkarakterisasi penyebab lingkungan mikro dari ncoplasma tersebut,” kata Guru Besar Kedokteran Gigi, Institut Bedah Mulut dan Maksilofasial, Universitas Federal Brazil, Prof. Joao de Jesus Viana Pinheiro pada Simposium Virtual Series 3 Fakultas Kedokteran Gigi Unhas, Jumat (25/9/2020).
Menurutnya, ameloblastoma merupakan tumor jinak rahang yang terbentuk dari sel pembentuk email gigi yang gagal berkembang.
Bahkan penderita tumor ini memiliki angka kekambuhan yang tinggi pasca perawatan. Hal ini disebabkan karena tumor tersebut tumbuh secara lambat, hanya saja sel selnya menyusup pada jaringan sekitarnya
“Jika gigi bungsu kita tidak tumbuh atau muncul benjolan pada sudut rahang gigi dengan tekstur benjolan yang keras tanpa rasa sakit. Kemudian secara perlahan benjolan semakin besar dan mempengaruhi bentuk wajah maka itu adalah ameloblastoma,” jelas Prof Joao.
Ia mengungkapkan jika tumor ameloblastoma dapat menyerang segala usia. Meski disebut tumor jinak, tetapi jika tidak mendapatkan perawatan yang baik maka massa tumor yang mendesak saluran pernapasan akan menyebabkan terjadi perubahan sifat tumor menjadi tumor ganas.
“Tumor ini memang jarang menyebabkan kematian pada penderitanya, kecuali bila terjadi infeksi atau menjadi ganas,” tegasnya.
Sementara, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unhas Prof. dr. Muh. Nasrum Massi mengatakan, simposium FKG series tiga ini mengambil tema “Oral and Maxillofacial Update: Odontogenic Tumors and Optimizing Results in Orthognatic Surgery Using 3D Virtual Panning“.
Ia pun mengaku sangat memengapresiasi pembahasan yang diangkat dalam tema tersebut. Pasalnya tema tersebut merupakan kasus yang banyak ditemukan di Indonesia.
Ia pun berharap seminar ini diharapkan dapat memicu riset kolaborasi mengenai topik maksilofasial.
“Dengan simposium ini, tentunya semakin menambah pengetahuan dan informasi terkait perkembangan oral dan maksilofasial. Terima kasih atas partisipasi peserta, semoga banyak informasi yang didapatkan dalam kegiatan ini,” singkat Prof Nasrum.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.