Makassar, SULSELSEHAT. COM — Radang paru atau biasa disebut pneumonia merupakan penyakit yang diakibatkan bakteri, virus dan jamur. Gejala yang dirasakan oleh penderita penyakit ini seperti demam, pilek, batuk, sesak napas.
Pneumonia biasanya sangat rentan pada kelompok bayi, balita dan anak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka prevalensi pneumonia pada balita masih cukup tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Hal ini berarti, 4 – 5 dari 100 balita, menderita pneumonia.
Sementara berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2017 disebutkan bahwa ada 15 persen dari kematian anak dibawah 5 tahun atau 5,5 juta disebabkan pneumonia.
Sementara menurut sampel sistem registrasi Balitbangkes Tahun 2016 jumlahnya lebih dari 800.000 anak menderita pneumonia di Indonesia.
“Dalam penanggulangan kematian pneumonia atau radang paru pada anak, pemerintah meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan pada balita dengan pneumonia,” kata Kementerian Kesehatan RI dr. Terawan Agus Putranto melalui seminar Hari Pneumonia Sedunia melalui virtual, Jumat (13/11/2020).
Termasuk, meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi dini dan perluasan imunusiasi Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV) secara bertahap.
Ia mengungkapkan, kematian akibat pneumonia pada balita sesungguhnya dapat dicegah dan diobati. Olehnya, pemerintah dan masyarakat harus bekerja bersama agar anak-anak dapat bebas dari pneumonia.
“Kami mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih kepada para orangtua yang telah berhasil menyelamatkan anaknya dari pneumonia. Ini bisa menjadi insipirasi untuk mengobati dan mencegah penyakit penumonia dan juga apresiasi seluruh tenaga kesehatan dan kader yang telah dan sedang memberikan pelayanan kesehatan di masa pandemi ini untuk menyelamatkan anak Indonesia dari berbagai penyakit,” ujarnya.
Terawan menegaskan, dalam penanganan penyakit pneumonia keluarga berperan besar dalam kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa yang harus mendapat perlindungan dan hak kesehatannya termasuk STOP Pneumonia. Ada enam poin penanganan yang dapat dilakukan.
Pertama, ASI eksklusif 6 bulan, dan menyusui ditambah MPASI selama 2 tahun.
Kedua, menuntaskan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak.
Ketiga, melakukan pengobatan ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.
Keempat, pastikan kecukupan gizi seimbang pada anak.
Kelima, menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Keenam, manfaatkan buku Kartu Identitas Anak (KIA) untuk mendapatkan informasi kesehatan anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati menambahkan, pihaknya mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Save The Children hingga saat ini.
Salah satunya yang terus berupaya mengembangkan kampanye STOP Pneumonia.
“Kita apresiasi apa yang telah dilakukan Save The Children dengan menyasar pada perubahan perilaku guna mengatasi pneumonia pada anak ke masyarakat luas, sosialisasi para pemangku kepentingan, mobilisasi sosial dan kampanye parenting untuk menguatkan peran ayah dalam keluarga,” tambahnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.