Oleh: DR. Sawedi Muhammad
(Sosiolog Universitas Hasanuddin)
Fakta muram nan mengkhawatirkan dari pandemi Covid-19 kembali menghantui kita semua. Berbagai laporan resmi pemerintah menunjukkan betapa sistem kesehatan nasional tak sanggup lagi mengatasi serangan gelombang kedua Covid-19.
Rumah sakit di Jakarta dan Pulau Jawa nyaris kolaps. Stok obat-obatan dan oksigen sangat terbatas. Bahkan banyak pasien kritis yang tak lagi sempat dirawat karena keterbatasan tempat di rumah sakit. Korban semakin banyak berjatuhan, termasuk mereka yang melakukan isman di rumah dengan fasilitas seadanya.
Ini sungguh masa yang sangat genting bagi kita semua. Pandemi tidak mengenal kelas sosial, latar pendidikan dan ekonomi. Ia menyerang siapa saja yang memiliki imunitas paling rentan. Ia tidak mengenal pengecualian. Ia sangat inklusif. Tuhan seakan melempar dadu. Setiap individu memiliki angkanya sendiri, dan kita semua seakan menunggu giliran.
Untuk sementara, hanya dua hal yang mampu menyelamatkan kita dari pandemi yang misterius ini; imunitas dan nasib baik. Ilmuwan paling terkemuka sejagad pun tak sanggup memberi penjelasan rasional tentang apa sesungguhnya yang sedang terjadi.
Seluruh kemampuan intelektual dan kecerdasan manusia tak mampu memberi pencerahan tentang pagebluk yang semakin menggila. Mereka lumpuh, meski tetap berusaha menemukan formula universal berupa vaksin untuk menangkal virus mematikan ini.
Meski telah melakukan upaya maksimal memitigasi pandemi, tetap saja kritikan, cemoohan bahkan ujaran kebenciam bertubi-tubi diarahkan ke pemerintah karena dianggap lamban, keliru bahkan salah dalam mengambil kebijakan. Di sisi lain, pemerintah sangat kewalahan menertibkan warga untuk patuh pada protokol kesehatan; pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dan stay at home.
Baik pemerintah maupun masyarakat memiliki justifikasi masing-masing tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya. Mereka masing-masing punya pembenarannya sendiri.
Seperti yang terjadi di seluruh pelosok bumi, saling menyalahkan, saling mencela adalah fenomena biasa dalam menghadapi situasi genting yang tak terdefiniskan.
Semua pihak menghadapi sesuatu yang sangat menakutkan tanpa tahu persis apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Maka wajarlah kalau praktik coba-coba, eksperimen, menduga-duga bahkan berspekulasi menjadi fenomena umum.
Dalam situasi tak menentu seperti ini, maka hanya ada satu kata kunci agar semua pihak dapat berbagi peran dalam memghadapi situasi genting yang memaksa yaitu kepemimpinan (leadership).
Mengapa kepemimpinan? Why leadership matters? Saya tidak ingin berteori tentang kepemimpinan. Sudah begitu banyak bacaan membahas tema ini.
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa negara sebagai institusi yang memiliki keabsahan tunggal untuk memimpin warganya harus menunjukkan bahwa ia hadir, menampakkan diri, menjadi figur yang bisa diandalkan; figur kuat yang di pundaknya menjadi tumpuan segala asa dan harapan.
Menjadi pemimpin yang kuat, modal dasarnya adalah legitimasi. Modal kedua adalah kekuatan visi. Modal ketiga adalah konsistensi menjalankan visi.
Hanya pemimpin yang memiliki legitimasi kuat dengan visi yang jelas disertai kemampuan eksekusi yang hebat akan mampu membawa perubahan positif baik di masa normal maupun di masa krisis.
Silahkan anda menilai kualitas leadership dari para pemimpin kita hari ini, mulai dari eksekutif dan legislatif baik di level nasional maupun di daerah.
Saya tidak bisa membayangkan apabila pandemi gelombang kedua menyerang luarJawa dan berbagai kota besar lainnya dengan kondisi paramedis dan tenaga kesehatan yang mulai kelelahan.
Saya berharap dan berdoa, semoga pagebluk ini cepat berlalu. Mari kita dukung segala upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi pandemi, sambil memberi masukan dan kritikan apabila dianggap perlu.
Saling menyalahkan bukanlah solusi. Ia akan menjadi virus tambahan yang akan menggerogoti imunitas sosial kita sebagai sebuah bangsa; bangsa besar yang tengah bertaruh legitimasi untuk segera keluar dari krisis multidimensi yang sedang dihadapinya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.