Zona Hijau Sulsel, Jebakan Batman dan Buah Semangka

Gambar Gravatar
Ilustrasi Covid-19

Oleh: Irwandy
Dosen FKM Unhas

Per tanggal 19 Juni 2021, Provinsi Sulawesi Selatan dikategorikan masuk ke dalam Zona Hijau Penyebaran Covid-19 berdasarkan hasil pemutakhiran penilaian Situasi Epidemiologi Pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

JANGAN LEWATKAN :

Status zona hijau ini tentu saja sangat menggembirakan, namun di satu sisi harus diwaspadai. Jika Pemerintah dan masyarakat salah mengartikannya maka akan berpotensi menjadi sebuah “jebakan betman” bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Mengapa bisa jadi Jebakan Betmen 

Jebakan Betmen adalah istilah yang banyak dipakai anak-anak millennial jaman now untuk menyebut jebakan yang biasa dibagikan berupa sebuah link yang ditautkan, yang isinya berbeda sama sekali dengan judul link-nya. Secara harfiah, jebakan betmen merupakan istilah metamorfosis untuk kondisi-kondisi konyol yang tak terduga.

Sederhananya, bayangkan kondisinya seperti ini. Sebuah toko mengadakan diskon besar-besaran merk handphone yang telah lama Anda incar. Diskon ini telah berlangsung selama seminggu yang lalu, namun berita pengumumannya baru anda dengar diakhir minggu setelah diskon tersebut berakhir.

Sama halnya dengan kondisi saat ini. Perlu dipahami bahwa data yang digunakan oleh Kementerian Kesehatan untuk melakukan penilaian sehingga memasukkan Provinsi Sulawesi Selatan ke dalam Zona Hijau adalah data keadaan indikator dalam kurun waktu tertentu atau lampau, yang hasilnya diumumkan pada periode waktu yang berbeda atau setelahnya. Jadi tidak lagi menggambarkan keadaan saat ini yang terjadi.

BACA:  Tiga Hari Berturut-turut Positif Covid-19 di Sulsel Dibawah 100 Kasus

Ibarat buah semangka

Kondisi aktual Provinsi Sulawesi Selatan di pekan ini ibarat buah semangka yang warna luarnya berwarna hijau merekah namun dalamnya merah merana.

Di Sulsel per tanggal 23 Juni 2021, jumlah masyarakat yang sedang terinfeksi virus Corona ada sebanyak 851 orang dengan tren kasus dalam sepekan terakhir meningkat sangat tinggi. Jika pada 16 Juni, tingkat penularan di masyarakat ada 2 orang terinfeksi per 100.000 penduduk perminggunya, maka di 23 Juni telah meningkat menjadi 6 orang yang terinfeksi setiap 100.000 penduduk perminggu.

Terlaporkan pada tanggal 16 Juni ditemukan ada sebanyak 38 kasus dalam sehari dan terus meningkat setiap harinya, hingga pada tanggal 22 Juni, hanya dalam satu hari saja telah ditemukan kasus positif sebanyak 130 orang.

Angka tersebut adalah kasus yang terlaporkan, belum kasus-kasus yang ada dimasyarakat namun tidak teridentifikasi oleh sistem kesehatan kita dan diyakini jumlahnya jauh lebih besar dari yang terlaporkan.

BACA:  Banyak Laporan Penjualan Baju Hazmat Kepada Pasien di Rumah Sakit, KPPU Makassar Akan Bertindak

Selain jumlah kasus positif, selama sepekan (16-22 juni) beberapa indikator juga mengalami peningkatan signifikan. Angka Reproduksi Efektif (Rt) yang melambangkan jumlah rata-rata orang yang bisa ditulari oleh seorang pengidap meningkat dari 0,97 menjadi 1,26.

Persentase kasus positif dalam sepekan juga telah mengalami peningkatan dari 7,13% per tanggal 16 Juni, menjadi 10,91% pada 23 Juni. Padahal WHO menetapkan standar persentase kasus positif adalah tidak lebih dari 5 persen.

Jangan Kendor 

Pemerintah dan masyarakat mesti waspada. Belajar dari apa yang saat ini menimpa masyarakat di pulau Jawa pada umumnya, dimana angka kasus positif dan kematian akibat Covid-19 meningkat sangat tajam dan telah hampir merubuhkan sistem pelayanan kesehatan di sana.

Hal ini terjadi karena lengahnya penerapan dan pengawasan protokol kesehatan di saat angka kasus mengalami penurunan pada saat itu. Selanjutnya adanya varian baru virus Corona (varian delta) yang diyakini memiliki daya infeksi atau penularan yang lebih tinggi juga membuat kondisi disana menjadi semakin berat.

Kondisi ini dapat juga terjadi di Sulawesi Selatan nantinya jika pemerintah dan masyarakat tidak segera mengantisipasinya.

Selain karena tidak adanya pembatasan masyarakat yang masuk ke Sulawesi Selatan dari daerah-daerah yang saat ini berstatus zona merah, angka kepatuhan masyarakat kita dalam penerapan protokol kesehatan juga masih rendah.

BACA:  Korban Bencana Lutra Positif Covid-19, Relawan Diminta Disiplin Jalankan Protkes

Hasil survei Satgas Nasional Covid-19 update per-13 Juni menunjukkan rata-rata angka kepatuhan masyarakat Sulsel dalam memakai masker hanya sebesar 72% dan untuk perilaku jaga jarak hanya sebesar 74,7%.

Selanjutnya di Sulsel, cakupan vaksinasi yang diharapkan dapat membantu menekan angka penularan dan keparahan penyakit juga masih rendah. Sasaran vaksinasi tahap pertama dan kedua, dari sasaran 1,5 juta yang terdiri atas tenaga kesehatan, lanjut usia dan petugas publik, hingga 22 Juni, baru mencapai 41,75% untuk capaian dosis pertama dan dosis kedua hanya 27,18%.

Pemerintah Daerah baik di level Provinsi dan Kabupaten/Kota saat ini harus lebih peka dalam membaca data tren indikator-indikator penanganan Covid-19. Di sisi lain masyarakat diharapkan untuk tidak kendor dalam menerapkan protokol kesehatan di aktifitas kesehariannya.

Selanjutnya kebijakan baru yang disebut penebalan PPKM Mikro yang saat ini dilakukan pemerintah hendaknya benar-benar diimplementasikan dengan tegas dan dimonitor secara terus menerus. Seberapa seringpun kita mengganti istilah-istilah kebijakan penanganan, jika ketegasan implementasinya tidak tegas, maka akan percuma.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT