Ratusan Ilmuwan Dunia Buktikan Covid-19 Bisa Menyebar di Udara

Gambar Gravatar
Ilustrasi Pandemi Covid-19.
Ilustrasi Pandemi Covid-19.

Makassar, SULSELSEHAT — Penyebaran virus corona atau Covid-19 berdasarkan rujukan World Health Organization (WHO) menyebar lewat droplet atau percikan yang keluar dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi.

Tetapi, belakangan ada pernyataan terbuka yang diungkapkan ratusan ilmuwan dari berbagi negara yang menemukan bukti bahwa penyebaran Covid-19 juga dapat terjadi melalui udara.

JANGAN LEWATKAN :

Dilansir dari Kompas.com, pada Rabu, 8 Juli 2020, sebanyak 239 ilmuwan menemukan bukti adanya partikel virus yang lebih kecil yang ada di udara dengan potensi yang dapat menginfeksi manusia.

Para ilmuwan melalui surat terbukanya kepada WHO yang telah diterbitkan pada Senin lalu di jurnal Clinical Infectious Diseases mengatakan lembaga-lembaga kesehatan dianggap masih abai pada tetesen kecil virus yang menyembur dari mulut kita, menjadi aerosol dan melayang di udara, yang kemungkinan menjadi cara penularan Covid-19.

BACA:  Gubernur NA: Pilkada Bisa Ditunda Jika Kasus Positif Covid-19 Terus Meningkat

“Mereka tidak ingin berbicara tentang penularan melalui udara, karena itu akan membuat orang takut,” kata Profesor Kesehatan Lingkungan di University of Marylanl Donald Milton.

Sementara sejumlah peneliti Harvard, Allen dan Linsey Marr, serta profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech menerbitkan makalah yang mengungkap peran partikel udara yang lebih kecil dalam penyebaran virus corona penyebab Covid-19.

Dalam makalahnya menerangkan bahwa tidak bagi seseorang untuk melepaskan tetesan besar (> 5 mikron) tanpa melepaskan yang lebih kecil.

“Kami menemukan virus flu bisa melayang di udara dalam tetesan mikroskopis selama satu jam atau lebih. Penyebarannya seperti asap rokok,” kata Marr.

Dalam penjelasannya, Marr menggunakan asap rokok untuk menunjukkan bagaimana virus tersebut menyebar.

“Partikel mikroskopis kecil yang disebut aerosol berperilaku seperti asap rokok. Jadi mereka akan lebih terkonsentrasi lebih dekat dengan perokok yang mungkin terinfeksi. Ketika Anda semakin jauh, maka paparannya akan jauh lebih sedikit,” jelas Marr.

Sebuah studi yang dipublikasikan pertengahan Maret 2020 lalu juga menemukan virus corona baru dapat bertahan dalam tetesan pernapasan mikroskopis berdiameter sekitar 2,5 mikron, bahkan lebih kecil dan bisa bertahan hingga 3 jam.

BACA:  Lab RS Wahidin Sudirohusodo Sehari Bisa Periksa 600 Sampel Swab

Dengan adanya temuan tersebut, sejumlah ilmuwan tersebut mendesak untuk melakukan perubahan pada panduan publik tentang penyebaran Covid-19 yang fokus pada beberapa protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, menjaga jarak sosial (physical distancing) dan tindakan pencegahan terhadap droplet dengan penggunaan masker.

Pentingnya Jaga Jarak

Profesor Kedokteran Pencegahan dan Penyakit Menular di Vanderbilt University School of Medicine di Nashville William Schaffner mengaku sepakat temuan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa sebagian besar penularan Covid-19 terjadi dalam jarak 3-6 kaki dari orang yang terinfeksi.

Hanya saja dirinya juga mengakui bahwa potensi penyebaran virus bisa menjadi aerosol dan menyebar di udara juga sangat besar.

“Potensi itu ada, jika penyelidikan kesehatan masyarakat di masa depan menemukan peristiwa penularan aerosol ini lebih umum daripada yang diperkirakan saat ini, maka dapat mengubah prioritas. Tapi saya tidak berpikir kita perlu mengubah semua unit AC (pendingin udara) di Amerika Serikat, bahkan di seluruh dunia berdasarkan rute transmisi ini,” kata Schaffner.

BACA:  Mitigasi Pandemi Covid-19 Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru jadi Tema Webinar FKM Unhas

Dia lebih menekankan pentingnya menjaga jarak sosial dan menghindari kerumunan untuk menurunkan transmisi virus.

WHO Minta Kumpulkan Bukti

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) berharap sejumlah ilmuwan yang menemukan bukti adanya penyebaran virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 lewat udara dapat diinterpretasikan.

Hal ini menjadi pembahasan WHO dalam briefing media di Jenewa, Selasa (07/07/2020) yang dilansir Kompas.com.

Benedetta Allegranzi, pemimpin teknis untuk pengegahan dan pengendalian infeksi WHO mengatakan, ada bukti yang muncul tentang transmisi virus corona lewat udara, tetapi tidak definitif.

“Kemungkinan akan adanya transmisi lewat udara di lingkungan publik – khususnya di kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup dan berventilasi buruk telah dideskripsikan, (dan) tidak bisa dikesampingkan. Namun, bukti tetap harus dikumpulkan dan diinterpretasikan, dan kami akan terus mendukung ini,” terangnya.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT