Unhas, Kampus Humaniversity di Tengah Badai

Gambar Gravatar
Kampus Universitas Hasanuddin
Kampus Universitas Hasanuddin.

Oleh: Ridwan Amiruddin
(Ketua Prodi Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UNHAS)

Dies Universitas Hasanuddin ke 64 tahun kali ini akan berlangsung di bulan September 2020 dengan tema besar “Mengokohkan Unhas Sebagai Humaniversity dalam Adaptasi Kebiasaan Baru”.

JANGAN LEWATKAN :

Tentu dalam usia yang dewasa seperti ini Unhas telah menjadi dapur pemikiran peradaban bangsa melewati berbagai tantangan.

Berbagai torehan prestasi tentu sudah tak terbilang jumlahnya, dengan kapasitas student body sekitar 30.000 mahasiswa, tenaga pengajar/dosen sekitar 2500 orang tentu dengan publikasi ilmiah yang terus menanjak dan berbagai inovasi yang sedang dikembangkannya.

Pada dies kali ini, panitia mendapat tantangan tersendiri. Bagaimana adaptasi kebiasaan baru dapat diterapkan pada kehidupan kampus dalam berbagai agenda yang direncanakan dengan mengacu pada penerapan protokol kesehatan secara optimal.

Lebih jauh, dalam mempersiapkan diri memasuki tahun akademik baru 2021. Unhas telah melakukan terobosan dengan memutuskan untuk memastikan bahwa semua tendik dan dosen yang memberikan pelayanan kepada mahasiswa adalah tendik dan dosen yang sehat bebas dari Covid-19.

BACA:  Walau Tanpa Gejala Klinis, 25 Pegawai Unhas Dinyatakan Positif Covid-19

Sehingga kampus Unhas bukan sebagai sumber penularan covid-19. Hal ini tidak terlepas dari letak Unhas di tengah kota Makassar yang menjadi epicenterum covid-19 di Sulsel.

Hasil dari agresif testing skala Unhas pada 3000 warganya, ditemukan angka incidens Covid-19 sebesar 1.1%.

Sebanyak 33 orang yang positif covid-19 yang terbagi untuk dosen 8/19 (42%) terkonfirmasi positif PCR dari yang reaktif rapid test, begitu juga untuk tendik sebanyak 25/37 (67.6%) terkonfirmasi positip PCR dari yang reaktif rapid test.

Lesson learned Testing Covid-19

Arti pembelajaran dari terobosan agressif testing Unhas ini diantaranya:

1. Meruntuhkan Stigma sosial tentang Covid-19. Bahwa penderita Covid-19 bisa menginfeksi siapa saja tanpa melihat strata sosial.

2. Membangun komunikasi sosial dengan pesan yang kuat tentang urgensi testing dalam pengendalian covid-19. Bahwa testing covid-19 tidak perlu ditakuti dan dihindari. Siapa saja yang mengambil bagian dalam testing ini, berarti telah meletakkan dasar yang kuat untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 secara seksama.

3. Membangun image Unhas sebagai kampus peradaban humaniversity. Keberanian Unhas mengambil risiko ini tentu dengan perhitungan yang matang. Banyak informasi di sosial media beredar betapa “menyeramkannya” Unhas sekarang.

BACA:  Ahli Epidemiologi Waspadai Gelombang Kedua Penularan Covid-19 di Sulsel

Banyak guru besar dan pimpinan fakultas yang terpapar corona. Selanjutnya kepada mereka yang memiliki gejala berat segera mendapatkan treatment yang intensif dan isolasi mandiri kepada mereka yang bersifat covid terkonfirmasi asymptomatic.

Hingga tulisan ini dibuat, berita baik dari sosial media group WA Unhas bahwa sebagian besar dosen yang terpapar covid-19 tersebut sudah terkonfirmasi negatip. Begitu juga pada tendik, sebagian besar sudah dinyatakan sembuh.

Apa hikmah dari hal tersebut? Dengan pemahaman yang baik dan benar, Unhas telah dan akan mengambil langkah langkah strategis dengan:

1. Penutupan kampus untuk sementara termasuk ruang publik/taman/tempat olah raga.
2. Penataan kampus dan Kondisi ruang kerja yang lebih adaptable terhadap pencegahan penularan covid-19
3. Pengaturan ulang shifting kerja tendik.
4.Pembentukan posko Home care untuk dosen dan tendik.
5. Penyediaan sarana untuk implementasi protokol kesehatan.

Bencana Alam Masamba

Ditengah pandemi, Unhas segera merespon bencana alam Masamba, dengan menurunkan timnya pada tanggal 15 Juli 2020.

Posisi unhas sebagai kampus Humaniversity dengan timnya melakukan evakuasi dan bertindak sesuai kapasitasnya. Memberikan bantuan dan mitigasi korban sesegara mungkin.

BACA:  Covid-19 Sulsel di Puncak Pandemi

Bencana alam yang menghantam kota Masamba Kab. Luwu Utara Sul Sel (13/7/2020) berupa banjir bandang yang membawa lumpur sediman setinggi satu hingga dua meter telah menutupi area pemukiman warga yang luas.

Korban jiwapun berjatuhan sekira 36 korban (18/7) serta kerugian harta benda yang tak terhitung jumlahnya.

Hingga kini bantuan terus diharapkan sesuai kebutuhan pengunsi berupa suplai air bersih, listrik, selimut, bahan makanan, terpal, tenda, penpers, pembalut, sarung, dan baju.

Selain bantuan fisik tersebut tentu sangat dibutuhkan terapi trauma psikologis bagi warga terdampak yang tinggal di pengungsian.

Mengantisipasi dampak lanjutan bencana alam ini, yang perlu diwaspasai diantaranya meningkatnya incidence covid-19 Luwu Utara, Penyakit menular lain yang mengintai adalah diare, typhoid, Ispa dan hepatitis.

Kepada seluruh warga masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap pandemi covid-19 dan bencana lain yang dapat terjadi kapan saja.

Untuk itu sistem kewaspadaan semesta harus terus dijakankan; prevent, detect and respons adalah kunci penting untuk mitigasi kebencanaan alam maupun non alam.

Makassar, 19 Juli 2020.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT