Makassar, SULSELSEHAT.COM — Hingga saat ini pasien yang terpapar virus corona atau Covid-19 masih mendapat stigma dari masyarakat. Stigmatisasi ini juga bukan hanya dirasakan pasien, tetapi seluruh elemen yang terlibat langsung di dalamnya. Mulai dari dokter, perawat, bahkan relawan
Meski stigmatisasi ini masih diberikan oleh masyarakat, tidak menghalangi niat Sri Endang Wahyuni untuk menjadi relawan pada program Wisata Duta Covid-19 milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sejak Juli hingga saat ini Endang pun mulai akrab dengan para pasien terpapar Covid-19.
Program Wisata Covid-19 ini merupakan program isolasi mandiri yang dilakukan di enam hotel di Kota Makassar dengan melibatkan puluhan relawan. Ia pun bertugas menjadi relawan pendamping di Hotel Swiss-Belhotel Makassar yang merupakan salah satu lokasi program Wisata Covid-19.
Dalam bertugas, Endang yang merupakan alumnus Pendidikan Sosiologi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) dituntut untuk berinteraksi langsung dan terlibat dalam perawatan pasien Covid-19. Informasi awal tentang relawan ia dapatkan melalui sosial media.
Ia mengaku sempat didera rasa takut untuk mendaftarkan diri. Apalagi, perempuan asal Kabupaten Selayar ini tak memiliki latar belakang ilmu kesehatan. Namun, ia berani melawan rasa takut itu, dan mendaftarkan diri pada April lalu.
“Kalau soal takut terpapar, pasti ada rasa takut. Tapi dengan tetap mengikuti bimbingan dan standar perawatan pasien Covid-19, Alhamdulillah sampai hari ini masih sehat wal afiat,” ungkapnya, Selasa (29/12/2020).
Karena bukan merupakan alumnus pada fakultas ilmu kesehatan, dirinya mengaku buta tentang perawatan pasien Covid-19. Apalagi virus ini masih sangat baru. Namun, seluruh relawan secara rutin dibekali bimbingan oleh mentor yang merupakan tenaga medis.
Dari situlah ia mengaku mulai banyak belajar tentang perawatan medis. Mulai dari melakukan pengukuran saturasi, manis-manisnya obat, dan kebutuhan gizi para pasien. Ia pun senang bisa terlibat menjadi relawan pada program Wisata Duta Covid-19.
Endang awalnya juga sempat ditentang oleh orangtuanya saat berniat mendaftarkan diri sebagai relawan. Hanya saja karena tekadnya untuk membantu para dokter dan perawat, ia pun memberikan pengertian kepada orangtua.
“Ayah saya memang sempat menentang. Alasannya sudah jelas, takut anaknya terpapar. Tapi saya selalu beri pengertian ke beliau bahwa selama pekerjaan ini dilakukan dengan hati-hati Insyallah tetap aman,” jelas perempuan 24 tahun ini.
Saat bertugas, menurutnya kesabaran menjadi kunci utama dalam menjalani tugas sebagai relawan. Apalagi, ketika harus menghadapi pasien yang keras kepala dan belum menerima bahwa dirinya sudah terpapar virus jenis SARS-Cov2 ini.
Setiap hari dirinya harus mengurusi sedikitnya 20 orang pasien yang ditempatkan di satu lantai yang sama. Beruntungnya, program Wisata Duta Covid-19 ini diperuntukkan bagi pasien dengan gejala ringan atau termasuk dalam orang tanpa gejala (OTG).
“Tidak begitu sulit sebenarnya untuk mengawasi. Karena untuk yang gejala berat perawatannya sudah harus di rumah sakit. Tugas kami pada umumnya hanya mengawasi pola makan, kebutuhan, obat, dan memeriksa kondisi kesehatan pasien setiap hari,” terangnya.
Keterlibatan Endang sebagai relawan membuatnya seolah bertemu dengan dunia baru. Hal ini pun disyukurinya, bahkan menjadi kesempatan yang menyenangkan baginya karena bisa berkenalan dengan lebih banyak orang.
Selama menjali relawan hal yang paling mengesankan bagi dirinya ketika ia mendapat apresiasi dari pasien yang sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang.
“Ketika mereka mengucapkan terima kasih, ada perasaan haru dalam hati. Pokoknya bahagia bisa turut membantu mereka,” tutup Endang.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.