Ibu Hamil Berisiko Lahirkan Anak Stunting Jika Saat Remaja Menderita Anemia

Gambar Gravatar
Gambar : Ilustrasi Stunting Pada Anak

Makassar, SULSELSEHAT.COM — Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat drg. Kartini Rustandi mengatakan bahwa masalah gizi yang terjadi pada masa remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang bermasalah gizi.

“3 dari 10 remaja mengalami anemia, tentu ini akan berpengaruh kepada masalah kesehatan yang selanjutnya,” katanya di sela-sela Webinar “Remaja Sehat Bebas Anemia” dikutip melalui Kanal YouTube Menkes RI, Senin (25/1/2021).

JANGAN LEWATKAN :

Dia menyebutkan anemia pada remaja akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk masalah kesuburan.

Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kurang energi protein.

Hal ini akan meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya.

BACA:  Kolom Prof Veny Hadju: Pentingnya Perhatian yang Optimal Kepada Ibu Hamil

“Untuk remaja putri kami mengharaokan mereka menjadi calon-calon ibu yang sehat, sehingga pada saat mereka hamil, akan melahirkan anak-anak yang sehat, Indonesia bisa bebas stunting,” katanya.

Kartini mengatakan, anemia pada remaja puteri disebabkan gaya hidup yang kurang sehat.

Merujuk pada data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) Tahun 2018, sekitar 65 persen remaja tidak sarapan, 97 persen kurang mengonsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik serta konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL) berlebihan.

Lanjutnya, penyebab remaja puteri menderita anemia dikarenakan dua hal yakni rendahnya asupan zat gizi dan meningkatnya pengeluaran zat gizi. Namun, di Indonesia sendiri, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya zat besi.

“Rata-rata makanan penduduk Indonesia mengandung zat gizi besi lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk membentuk Hb. Untuk itu, asupan gizi seimbang sangat penting,” terangnya.

Dia menjabarkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi besi pada tubuh tidak hanya mengandalkan satu jenis makanan saja, melainkan kombinasi dari berbagai jenis makananan.

BACA:  Selama 3 Bulan, Kabupaten Bone dan Enrekang Berhasil Turunkan Prevalensi Stunting

“Karena tidak cukup hanya karbo saja, tidak cukup protein hewani dan nabati, buah saja atau sayur saja, tetapi harus semua karena berbagai macam zat gizi adanya di berbagai macam makanan, sehingga kalau mau melengkapi kebutuhan semua zat besi maka pola makannya harus seimbang,” imbuhnya.

Untuk mencegahnya, Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil.

Selain itu, Kemenkes juga melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta penerapan hidup bersih dan sehat.

Komitmen Indonesia untuk mengatasi triple burden of malnutritions dengan memberikan tablet tambah darah untuk remaja putri sejak 2016.

“Kita juga melakukan komunikasi perubahan perilaku, diharapkan adek-adek remaja bisa menjadi agent of change untuk melakukan perubahan perilaku,” tegasnya.

BACA:  Kolom Prof Veny Hadju: Memahami Stunting (2)

drg. Kartini menegaskan, persoalan kesehatan dan gizi remaja tidak dapat diselesaikan oleh bidang kesehatan saja, melainkan perlu dukungan dari lintas sektor dan lintas program. Termasuk dukungan dari UNICEF Indonesia.

Chief Nutrition UNICEF Indonesia Jee Hyun Rah mengungkapkan, Kemenkes RI menjalin kerja sama dengan UNICEF untuk melakukan program penanggulangan masalah gizi pada remaja yakni Aksi Bergizi dengan 3 paket intervensi.

Ketiga intervensi itu adalah memperkuat pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, pendidikan gizi berbasis sekolah dan melakukan sosialisasi untuk perubahan perilaku.

Program ini menunjukkan hasil yang positif, yang mana remaja puteri yang minum TTD meningkat, remaja yang mengonsumsi buah dan sayur meningkat serta remaja yang melakukan aktivitas fisik juga meningkat. Dengan hasil ini, dirinya berharap kerja sama ini akan terus terjalin.

“Kami bekerjasama dengan Kemenkes untuk mengatasi masalah kesehatan dan gizi bagi remaja, kami juga akan terus berusaha untuk meningkatkan kesehatan para remaja di Indonesia,” harapnya.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT