Oleh: Prof. Ridwan Amiruddin
(Ketua Persakmi Indonesia dan PAEI Sulsel)
Salah satu syarat terkendalinya pandemik adalah perimbangan pertumbuhan laju kasus baru dengan laju kesembuhan yang berseberangan.
Semakin tinggi angka kesembuhan dan semakin rendah angka insidensi menunjukkan kualitas layanan yang semakin baik, tenaga medik dan penunjangnya yang semakin survive dan rumah sakit semakin beradaptasi terhadap situasi yang terjadi.
Pada sisi yang lain sektor hulu, warga semakin peduli dan disiplin dalam mengambil peran pengendalian Covid-19, sehingga lahirnya kasus baru terus menerus terkontrol.
Laju Insidensi
Gambaran laju insidensi Covid-19 hingga sekarang relatif masih tinggi untuk wilayah Sulawesi Selatan. Pekan ini masih di kisaran 80/100.000 penduduk, hal ini juga paralel atau terkonfirmasi dari positip Rate (PR) sampel sebesar 15%.
Mengapa laju insidensi dan positip rate masih cenderung tinggi? Ada beberapa hal yang menjelaskan kondisi ini;
1. Tracking suspect oleh tenaga surveilans di level Puskesmas di seluruh wilayah kabupaten kota termasuk epicentrum terlaksana dengan baik.
Berkenaan dengan itu pula Pemprov bekerja sama dengan FKM Unhas telah menambah relawan tracking suspect yang membantu tim tracking surveillance Pemkot Makassar dalam melaksanakan massive tracking yang menjadi salah satu dari tiga program trisula Pengendalian Covid-19 Sulsel diantara edukasi intensif dan agressive testing.
2. Kapasitas tujuh laboratorium yang sudah berjalan optimal dengan capaian sekitar 5400/1 juta penduduk, sekira 0.8/1000 penduduk perminggu, sudah menghampiri target masional 1/1000 penduduk/minggu.
Untuk menggenjot cakupan dari target yang telah ditentukan sekira 1275 specimen perhari Pemprov Sulsel dalam waktu dekat akan menambah dua unit mobile PCR.
3. Besaran laju insidensi (IR) maupun PR itu menempatkan Sulsel selalu muncul dengan kasus baru hampir dua kali lebih besar dari laju insidensi nasional. Begitu juga dari PR Sulsel masih lima kali lebih besar dari standar nasional.
Besarnya angka tersebut (IR dan PR) memberikan gambaran yang jelas bahwa natural atau community transmission sedang berlangsung diantara warga.
Sumber penularan yang tidak jelas tanpa cluster terutama di wilayah merah pusat epicentrum bergerak ke wilayah baru dan komunitas baru. Sehingga fluktuasi kasus harian terus terjadi bergantian antar daerah di Sulsel.
Kesembuhan Covid-19
Data kesembuhan Covid-19 mengalami ekskalasi yang menggembirakan, posisi recovery rate per pekan ini dikisaran 50%-59%. Dua pekan lalu masih di kisaran 30%.
Meningkatnya angka kesembuhan tentu membawa konsekuensi pada jumlah kasus yang dirawat secara komulatif semakin menurun, sehingga layanan secara bertahap telah menemukan momentum pemulihannya yang dapat meringankan beban rumah sakit.
Rasio pasien dengan tempat tidur yang tersedia sekitar 1:2,3 untuk RS rujukan Covid di Sulsel. begitu juga untuk seluruh RS penyanggah dengan rasio untuk seluruh suspect, probable dan terkonfirmasi di kisaran 1 : 2.4.
Bila terjadi peningkatan kasus yang signifikan ditengah pandemik maka Rumah sakit rujukan dan penyanggah tersebut diharapkan masih memiliki kapasitas yang cukup untuk mengelola seluruh pasien Covid.
Lebih jauh untuk program isolasi layanan suspect hingga asymtomatic Covid-19 yang di gagas Pemprov dalam duta Covid terpusat memberikan angka kesembuhan yang lebih besar (80%) dan cenderung semakin membaik.
Sementara itu angka kematian Covid-19 di Sulsel (3,4%) masih lebih rendah dari angka nasional (4.6%).
Sementara itu indikator epidemiologi dari aspek Angka Reproduksi efektif kasus Covid-19 untuk Sul-Sel menunjukkan trend yang semakin membaik, seminggu terakhir trend melewati angka reprodukdi satu sudah terjadi dengan kisaran Rt 0,96-1.1.
Meskipun demikian nilai Rt ini sangat dinamis, sehingga menjaga munculnya kasus baru harus terus di monitoring oleh tim surveillance untuk menjalankan fungsi detect, prevent and respons sedini mungkin.
Zona Merah
Analisis dwi mingguan yang dilakukan oleh gugus tugas propinsi berdasarkan indikator zonasi menempatkan beberapa kabupaten kota termasuk zona merah diantaranya; Makassar, Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto dan Pare pare.
Sedangkan kabupaten dengan zona hijau adalah Wajo dan Toraja Utara. Wilayah lain dengan risiko rendah (zona kuning) adalah Enrekang, Bone dan Barru. Selain kabupaten yang tersebut sebelumnya termasuk katogeri wilayah berisiko sedang.
Perubahan peta risiko berdasarkan zonasi itu sangat dinamis berdasarkan indikator epidemiologi, sistem layanan kesehatan dan surveilans. Sehingga di zona manapun berada protokol kesehatan harus tetap menjadi top prioritas dalam beraktifitas.
Meredam Covid-19 dan ekonomi tumbuh
Perkembangan terbaru terkait pengelolaan Covid di Indonesia dengan keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional adalah pembubaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 baik di tingkat pusat maupun daerah.
Hal ini diatur dalam Pasal 20 Ayat (2). pembubaran satuan tugas menjadi komite.
Pada prinsipnya tugas dan tanggung jawabnya hampir sama hanya terdapat penambahan bagian baru yaitu bidang ekonomi. Bidang yang bertanggung jawab secara bersama memulihkan pandemik dan ekonomi secara paralel.
Pada situasi pandemik ini kondisi ekonomi di Sulsel meskipun terdampak Covid-19 masih berkembang dan lebih baik dari provinsii lain.
Daerah kabupaten yang berfungsi sebagai sentra pertanian dan perkebunan tetap berproduksi seperti biasa begitu juga ekspor masih tetap berjalan.
Hal tersebut terus disupport untuk membangun perspective yang sehat tetap produktif, yang sakit deteksi secara dini, isolasi dan berikan treatment yang efisien.
Berdasarkan paparan tersebut diatas beberapa hal yang perlu mendapat perhatian penting diantaranya;
1. Menghetikan laju insidensi Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan. Penegakan regulasi Perwali 36/2020 kota makassar dan kabupaten lain secara tegas.
2. Seluruh pelaku usaha bertanggung jawab dilingkungan usahanya untuk menegakan protokol kesehatan secara maksimal.
3. Menerapkan protokol kesehatan di tingkat rumah tanggah, RT, RW, Kelurahan/Desa secara keseluruhan.
4. Memperkuat peran tokoh masyarakat, NGO, dan komunitas untuk lebih peduli pada pengendalian Covid-19.
5. Mengatisipasi lebaran idul Adha pada akhir bulan Juli 2020 dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menghindari kerumunan.
6. Warga yang sehat tetap sehat produktif dan tangguh. Warga yang sakit, temukan sedini mungkin, isolasi dan sembuhkan.
Makassar 23 Juli 2020.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.