Makassar, SULSELSEHAT — Laju penyebaran virus corona atau Covid-19 di Sulawesi Selatan hingga saat ini masih memperlihatkan kondisi yang fluktuatif.
Pertambahan kasus baru terkonfirmasi positif pun masih terjadi, bahkan angkanya pun selalu berada diatas 150 kasus setiap harinya. Tren penyebaran inilah yang ikut mempengaruhi peningkatan positivity rate Covid-19 yang dianggap perlu mendapat perhatian serius.
Hal ini diakui Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin.
Ia melihat pada peta penyebaran tergambar dari jumlah positivity rate di Sulsel masih sangat tinggi. Kondisi yang juga dipengaruhi dengan masifnya pemeriksaan spesimen melalui polymerase chain reaction (PCR).
“Tingkat positivity rate menjadi alarm tentang tingkat penularan Covid-19 di masyarakat. Diketahui, positivity rate adalah perbandingan antara orang yang dinyatakan positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan,” jelasnya kepada Sulselsehat.com, Kamis (16/07/2020).
Ia menambahkan, jika merujuk standar nasional, Covid-19 dinilai terkendali bila positivity rate-nya di bawah 5 persen.
Sementara di Sulsel, justru melebihi capaian standar nasional, yang mana angka positifivity rate-nya berada di angka 14 persen. Sementara secara nasional angka saat ini berada di kisaran 12 persen.
“Kondisi ini adalah alarm darurat kesehatan masyarakat yang serius untuk ditindaklanjuti, bahwa tingkat positif rate Sulsel sudah 3 kali lebih besar dari standar nasional yang dipersyaratkan sebagai terkendalinya Covid-19,” tambah Prof Ridwan.
Tingginya positivity rate ini indikasi terhadap tingkat penularan Covid-19 yang terjadi di masyarakat sudah terjadi secara local transmission atau penularan komunitas. Bahkan dinilai sumber penularan sudah tidak jelas dan tidak mengklaster.
“Dalam menekan penularan kasus yang bisa mempengaruhi angka positivity rate ini, penegakan diagnosis pemeriksaan melalui PCR harus dipercepat. Dengan demikian, diharapkan penularan bisa lebih terkendali karena penanganannya bisa sejak dini dilakukan,” lanjutnya.
Menurutnya, semakin cepat pemeriksaan dilaksanakan, maka semakin cepat diagnosis ditegakkan, sehingga penularan akan lebih cepat terkendali.
“Hal ini terbukti dengan testing yang dilakukan secara agressif mampu memberi kontribusi terhadap landainya kurva pandemik secara bermakna,” tegas Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini.
Sementara posisi untuk Sulsel sekarang ini telah dilakukan pemeriksaan PCR sudah hampir mencapai kurang lebih 55 ribu spesimen. Jumlah tersebut masih belum memenuhi target sebanyak 80 ribu tes pemeriksaan PCR.
Dengan mengacu pada standar 3.500 per satu juta penduduk di Sulsel, atau sedapat mungkin mencapai target satu persen dari jumlah populasi.
Olehnya, diharapkan target pemeriksaan PCR ini bisa diraih dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Sebenarnya kan kita menggenjot di Sulsel untuk mendapatkan satu persen dari jumlah populasinya itu kita membutuhkan kurang lebih 80 ribu pemeriksaan PCR. Target kami kan baru sampai mendekati 60 persen,” ungkap Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sulsel ini.
Kedepan, jika menginginkan pandemi ini selesai cepat, maka perlu dilakukan testing untuk memastikan warga bukan penyebar Covid-19 atau tertular Covid-19. Karena sesungguhnya penularan Covid-19 diawali dengan testing, dan berakhir dengan testing.
“Dengan Kota Makassar telah keluarnya Perwali tentang protokol kesehatan sebenarnya jadi pemicu kabupaten/kota lain untuk segera mengeluarkan perdanya. Dengan catatan, ada sinkronisasi antar wilayah. Karena itu harus jadi payungnya pada level provinsi,” akunya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.