Kolom Prof Veny Hadju: Pentingnya Perhatian yang Optimal Kepada Ibu Hamil

Gambar Gravatar
Ibu Hamil

Oleh: Prof. dr. H. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D
(Dosen dan Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin)

“Apakah anak pendek bisa tumbuh jadi normal?”. Pertanyaan ini paling sering ditanyakan peserta. Umumnya ibu-ibu yang sepertinya sangat khawatir dengan anaknya. Saya berusaha hati-hati menjawabnya agar ibu ini tidak kecewa.

JANGAN LEWATKAN :

Kalau anak di bawah 2 tahun dan bisa dipenuhi kebutuhan gizinya plus stimulasi yang baik ada kemungkinan pertumbuhannya bisa dikejar.

Namun pada anak pendek tapi berat badannya normal, apalagi telah lebih 2 tahun, maka anak ini hanya perlu dijaga agar tetap dalam pengasuhan yang baik.

BACA:  Tekan Angka Stunting, Dinkes Gowa Fokus Penanganan Gizi Buruk

Kalau memang masih di bawah garis pertumbuhan maka itu berarti ada kelainan yang bisa dikaitkan dengan nutrigenomik.

Ilmu nutrigenomik adalah ilmu yang sangat berkembang dalam tiga dekade terakhir ini. Ilmu ini mengatakan bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh kondisi saat anak dalam kandungan atau sebelum hamil (prakonsepsi) atau bahkan sebelum menikah.

Ilmu ini membahas bagaimana pengaruh kekurangan zat gizi atau bahan aktif dalam makanan yang mempengaruhi gen atau DNA.

Dulu orang menganggap genetik itu tidak bisa berubah sehingga ada kesan orang tua pendek pasti anaknya pendek. Ternyata dengan intervensi gizi yang adekuat serta didukung faktor lingkungan yang optimal maka potensi pertunbuhan akan maksimal.

BACA:  Tekan Jumlah Stunting di Kabupaten Gowa, Adnan Dorong Empat Faktor

Perhatian kita kepada ibu hamil atau bahkan jauh sebelum menjadi ibu hamil (remaja putri), perlu ditingkatkan.

Masih sering kita melihat ibu hamil yang melakukan pekerjaan berat. Kebutuhan gizi ibu hamil masih banyak yang tidak terpenuhi.

Ada ibu hamil yang hanya makan nasi dan ikan saja tanpa sayuran dan buah padahal mereka tinggal di desa dengan pekarangan yang luas. Ada yang hanya makan nasi dan tempe saja, karena tidak sanggup membeli ikan.

Mereka juga tidak mau makan telur atau ayam walaupun punya peliharaan ayam karena faktor pengetahuan dan budaya. Mereka butuh edukasi atau perubahan perilaku.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya: Walaqad khalaqnal insaana min sulaalatim min tiin. Tsumma ja’alnaahu nuthfatan fii qaraarim makiin (Al-Mu’minuun 23::12-13).

BACA:  30 Pendamping Gizi Siap Layani Bumil dan Baduta di Daerah Lokus Enrekang

Artinya: Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

BERIKANLAH PERHATIAN YANG OPTIMAL KEPADA IBU HAMIL AGAR PENURUNAN STUNTING SEGERA TERWUJUD.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT