Anak Rentan Terpapar Covid-19, Sekolah dengan Sistem Tatap Muka Dinilai Belum Bisa Diterapkan

Gambar Gravatar
Penularan Covid-19
Penularan Covid-19 kepada anak cukup rentan. Kemenkes RI merilis setidaknya 100 hingga 200 anak terinfeksi Covid-19 setiap harinya secara nasional. (Foto: Sehatqu.com)

Makassar, SULSELSEHAT — Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan, secara nasional sekitar 100 hingga 200 anak terkonfirmasi positif virus corona atau Covid-19 setiap harinya, bahkan angka ini cenderung mengalami peningkatan.

Misalnya, pada 2 Agustus 2020 tercatat sebanyak 8,3 persen atau 9.390 dari total kasus positif Covid-19 terjadi pada anak dengan usia 0 hingga 18 tahun. Dari sejumlah itu, 8,1 persen dirawat di rumah sakit, 8,7 persen sembuh, dan 1,9 persen meninggal dunia.

JANGAN LEWATKAN :

Melihat kondisi tersebut Dokter Spesialis Anak dr Ahmad Hadiwijaya mengatakan, tingginya angka anak yang terpapar Covid-19 menunjukkan bahwa anak bukanlah populasi yang bisa aman dari pandemi ini. Sehingga menjaga anak dari potensi penularan menjadi tanggung jawab penuh dari seluruh pihak, termasuk orangtua.

Salah satunya kata dr Ahmad yakni dari proses pembelajaran tatap muka yang mulai diwacanakan akan dilakukan sejumlah pemerintah daerah.

BACA:  Begini Sanksinya Jika Warga Gowa Tak Gunakan Masker Saat Keluar Rumah

“Proses belajar dengan sistem tatap muka harusnya lebih dipertimbangkan secara matang agar tidak menjadi sumber kekecewaan nantinya,” katanya dalam tulisannya yang dibagikan di media sosial Whatsapp, Senin (10/8/2020).

Ia menyebutkan, data evaluasi pembelajaran jarak jauh dari Kemenkes juga menunjukkan sebanyak 32 persen anak tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun sedangkan 68 persen anak memiliki akses.

Data ini pun dinilai cukup menunjukkan hasil yang baik, tinggal mengolah dan mencari solusi untuk 32 persen ini agar cakupan bisa lebih merata.

Ia menilai, pembelajaran tatap muka yang diwacanakan di beberapa daerah terlalu terburu-buru, apalagi saat ini beberapa daerah kasusnya belum terkendali.

Hal ini pula telah ditunjukkan di beberapa negara yang justru memperlihatkan penambahan kasus positif Covid-19 dari murid dan guru setelah pembukaan sekolah, begitupun dalam negeri juga menunjukkan kasus konfirmasi positif yang meningkat dikalangan santri pasca pembukaan pondok pesantren.

BACA:  Pemerintah Daerah Diminta Tetap Lakukan Vaksinasi Covid-19 di Bulan Ramadan

Memodifikasi sistem belajar tatap muka agar tetap dalam protokol pencegahan Covid-19 akan sangat tidak efektif dan masih rentan celah penularan.

Transmisi virus akan sulit dikendalikan dalam satu kerumunan. Menganjurkan memakai masker dan face shield selama proses belajar mustahil dapat dilakukan maksimal oleh anak-anak yang masih usia pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) maupun sekolah dasar (SD).

“Termasuk Usia SMP dan SMA pun pasti masih sulit dan betah memakai masker dan face shield, demikian juga dengan menganjurkan sesering mungkin cuci tangan pasti akan menghadapi masalah yang sama,” tegas dr Ahmad yang juga Relawan Covid-19 Indonesia ini.

Lanjutnya, dalam kondisi ini orangtua memang akan mengalami kesulita atau kerepotan dalam mendampingi anak belajar jarak jauh.

Hanya saja hal itu masih dalam taraf yang wajar jika dibanding tak dapat lagi mendampingi anak karena menderita Covid-19 sehingga harus di isolasi atau meninggal karena penyakit tersebut.

BACA:  Inilah 4 Kunci Kesembuhan Pasien Positif Covid-19

Masalah lain terkait pembelajaran jarak jauh berupa pemakaian pulsa atau data internet yang membutuhkan biaya, dapat dipertimbangkan metode modul belajar atau sistem lain yang sesuai.

Dalam hal ini pihak sekolah memiliki peran, orangtua pun pasti bisa berdiskusi dan berkompromi kepada pihak sekolah untuk dicarikan jalan keluar dan solusi yang baik.

“Anak-anak adalah harapan penentu masa depan bangsa, biarlah ia tetap di rumah. Kita sebagai orangtua punya hak menjaga mereka, sejak dini kita juga belajar menstimulasi anak sesuai tingkatan usia dan dampingi remaja kita dalam pendidikan dan akhlak yang sesuai dengan anjuran agama,” harapnya.

Termasuk juga menjaga imun anak dengan menjamin asupan bergizi seimbang, istirahat yang cukup dan konsumsi multivitamin yang sesuai.

Pertahankan pola asuh yang sesuai untuk tumbuh kembang anak, hindari kekerasan fisik dan verbal yang akan memberi sumbangsih negatif dalam pematangan mental anak.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT