Aktivis Muda Kesehatan Desak Penghapusan Feodalisme Profesi dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

  • Whatsapp
Muhammad Raid Nabhan
Muhammad Raid Nabhan (Foto: IST)

MAKASSAR — Paradigma lama yang memposisikan perawat sebagai “pesuruh dokter” dinilai masih kerap terjadi dalam praktik pelayanan kesehatan di Indonesia.

Hal ini mendapat sorotan dari Muhammad Raid Nabhan, Ketua Bidang Penelitian dan Partisipasi Pembangunan Kesehatan LKMI HMI Cabang Makassar Timur.

Dalam pernyataannya, Raid menilai bahwa anggapan tersebut bukan hanya keliru, tetapi juga menghambat pembangunan sistem kesehatan yang kolaboratif dan efektif.

“Model pelayanan kesehatan yang bersifat hierarkis vertikal sudah tidak relevan lagi. Dunia telah bergerak ke arah interprofessional collaborative practice,” ujarnya, Jumat (30/5).

Konsep tersebut, lanjutnya, menempatkan seluruh tenaga kesehatan—mulai dari dokter, perawat, apoteker, hingga tenaga kesehatan masyarakat—sebagai mitra sejajar, dengan peran, tanggung jawab, dan keahlian profesional masing-masing.

Raid menegaskan bahwa keperawatan adalah profesi dengan dasar ilmu, filosofi, dan metode praktik tersendiri. Ia mencontohkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah keperawatan seperti Florence Nightingale dan Jean Watson yang menunjukkan pentingnya peran keperawatan dalam sistem kesehatan modern.

“Perawat memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam, melakukan penilaian mandiri, pengambilan keputusan klinis, hingga edukasi kesehatan. Ini bukan pekerjaan ‘membantu dokter’ dalam konteks subordinasi,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa pengakuan terhadap fungsi otonom perawat maupun profesi kesehatan lainnya menjadi kunci dalam membangun sistem layanan yang efektif dan manusiawi.

Lebih jauh, Raid menyebut bahwa transformasi sistem kesehatan harus dimulai dari pendidikan. Ia menyoroti peran Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) sebagai contoh kolaborasi lintas profesi yang sudah mulai dibentuk sejak bangku kuliah.

“LKMI menghimpun mahasiswa dari kedokteran, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, hingga kesehatan masyarakat dalam satu wadah. Ini membentuk budaya kolaboratif sejak dini,” jelasnya.

Menurutnya, berbagai studi juga membuktikan bahwa praktik kolaboratif antartenaga kesehatan mampu meningkatkan hasil klinis, memperbaiki komunikasi antarprofesi, dan meningkatkan kepuasan pasien.

Raid menegaskan pentingnya meninggalkan praktik feodalisme profesi dalam pelayanan kesehatan. “Profesionalisme tidak lahir dari jabatan, tetapi dari kompetensi dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat,” pungkasnya.

Ia menyerukan agar redefinisi peran profesi kesehatan dilakukan secara menyeluruh, dari model hierarkis menuju model kolaboratif.

Baginya, langkah ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan sistem kesehatan yang adil, efektif, dan berorientasi pada kebutuhan pasien. (*)

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT