Enrekang, SULSELSEHAT. COM — Dalam rangka mencapai target penurunan prevalensi stunting di 2023 mendatang, berbagai langkah dan upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Kesehatan.
Salah satunya dengan kembali mengirim tenaga pendamping gizi dan konselor stunting di sejumlah daerah yang masih memiliki kasus stunting tertinggi. Seperti di Kabupaten Enrekang, Dinkes Sulsel mengirim 30 tenaga pendamping gizi.
“Ini menjadi langkah bersama agar kita dapat menurunkan prevalensi stunting dari 36,6 persen di 2018 menjadi 14 persen di 2023 mendatang,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulsel Husni Thamrin, Selasa (20/10/2020).
Ia mengatakan, kehadiran 30 pendamping gizi di Kabupaten Enrekang ini akan melayani ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun atau baduta.
Pengiriman tenaga pendamping ini merupakan program Gerakan Masyarakat Mencegah Stunting (Gammara’NA), program ini merupakan program pendampingan gizi di daerah lokus.
“Para pendamping akan tinggal di daerah lokus untuk melayani ibu hamil dan baduta dengan berbagai program intervensi stunting,” kata Husni.
Menurutnya, pendamping gizi ini akan melaksanakan kegiatan pencegahan stunting melalui pendampingan keluarga, khususnya sasaran 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) serta melakukan pemberdayaan kepada masyarakat.
Ia menuturkan, pendamping gizi ini sangat berpengaruh dalam menekan stunting dengan pendekatan berbagai program spesifik untuk ibu hamil dan baduta.
“Program spesifik menekan stunting dengan pemberian kapsul daun kelor, suplemen multivitamin bagi ibu hamil, PMT Balita, PMT Ibu Hamil dan Multivitamin Taburia untuk 1000 HPK,” jelasnya.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.