Gowa, SULSELSEHAT — Untuk membantu pemerintah daerah dalam menekan angka stunting, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PPK) Kabupaten Gowa menggalakkan Gerakan Tanam Kelor di Pekarangan.
Ketua TP PKK Kabupaten Gowa Priska Paramita Adnan mengatakan, hingga saat ini pihaknya telah melakukan sejumlah langkah dalam hal penanganan stunting, bahkan penanganan stunting tersebut masuk dalam program prioritas.
Apalagi sebelumnya berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 angka stunting di daerah berjuluk Butta Bersejarah ini mencapai 44, 5 persen atau berada di urutan keempat tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan.
“Khususnya dalam penanganan stunting kami melakukan gerakan tanam kelor di setiap rumah warga. Ini sebagai upaya mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi kelor yang baik untuk kesehatan,” katanya, Senin (21/9/2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menganjurkan agar anak-anak dan balita yang masih dalam masa pertumbuhan untuk mengonsumsi daun kelor atau Merunggai (Moringa Oleifera).
Pasalnya daun kelor merupakan bahan pangan yang kaya manfaat dan dapat tumbuh di iklim yang ekstrem.
Daun kelor berkhasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah gizi buruk karena daun berwarna hijau ini memiliki kandungan gizi yang tinggi dan variatif. Apalagi banyak ditemui di hampir seluruh daerah di Sulawesi Selatan, termasuk di Kabupaten Gowa.
Priska Adnan mengatakan, bahkan di Desa Julubori, Kecamatan Pattallassang telah dibuat Peraturan Desa (Perdes) agar masyarakat bisa menanam satu rumah satu pohon kelor.
Tak hanya itu, masyarakat setempat juga mengolah daun kelor ini menjadi makanan bergizi.
“Selain dijadikan bahan sayur, daun kelor juga diolah menjadi makanan lain untuk dikonsumsi anak-anak dalam mencegah stunting,” jelas Priska.
Selain itu, langkah penanganan stunting yang dilakukan seluruh anggota PKK bersama kepala desa/kelurahan yakni memanfaatkan posyandu di wilayah masing-masing dengan memberikan pengetahuan kepada orangtua.
Salah satunya tentang pemberian gizi yang baik. Karena dalam mencegah anak stunting maka empat hal yang perlu diperhatikan dalam proses tumbuh kembang anak yakni pola asuh, sanitasi, kebutuhan air bersih dan pola makan.
“Edukasi pemberian gizi yang baik ini kita terapkan di posyandu dengan menyiapkan meja enam posyandu,” katanya.
Ia menjelaskan, dalam penerapan meja enam posyandu tersebut berisi menu-menu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) bagi bayi berdasarkan umur masing-masing.
Seperti menu MPASI untuk anak 6 bulan keatas, kemudian menu MPASI usia 8 bulan, kemudian menu MPASI umur 10 bulan dan menu makanan anak usia 1 tahun ke atas.
Menurutnya, peran enam meja posyandu ini sebagai edukasi ke orangtua dalam memberikan MPASI dalam membantu proses tumbuh kembang anaknya.
“Banyak juga ibu-ibu yang memberikan MPASI atau makanan tambahan pendamping ASI itu baru umur empat bulan padahal pencernaannya dari bayi itu sendiri tentu belum siap untuk menerima makanan tambahan. Ini juga yang kami edukasikan ke orangtua,”tutup Priska.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.