Ratusan Pengungsi Banjir Bandang Lutra Mulai Terserang Penyakit

Gambar Gravatar
Kondisi pengungsian korban banjir bandang di Luwu Utara
Kondisi pengungsian korban banjir bandang di Luwu Utara saat menerima kunjungan kerja Menteri Sosial Juliari Batubara, belum lama ini. (Foto: Istimewa)

Luwu Utara, SULSELSEHAT — Ratusan korban banjir banjir bandang di Luwu Utara yang kini berada di tenda pengungsian mulai terserang berbagai penyakit.

Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara menyebutkan sebanyak 497 korban yang saat ini terserang penyakit.

JANGAN LEWATKAN :

Diantaranya 155 orang terserang Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), 31 orang dengan gejala diare, 106 orang luka-luka, 152 orang terserang dermatitis, dan 54 orang terserang hipertensi.

Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan, untuk penanganan warga yang sakit di tenda pengungsian pihaknya telah menurunkan tim khusus untuk memberikan pengobatan sesuai gejala yang diderita.

Ada delapan posko penanganan kesehatan keliling telah dibentuk pasca bencana yang terjadi pada Senin, 13 Juli 2020 lalu.

“Mereka sifatnya mobile, ini memang kita gerakkan sebagai bentuk antisipasi, karena seminggu pasca bencana sudah ada korban dengan gejala ispa dan diare,” katanya saat dikonfirmasi Sulselsehat.com, Rabu (22/07/2020).

BACA:  Banjir Susulan di Lutra Rendam RSUD Masamba, Pasien Mulai Dievakuasi

Ia mengungkapkan, disamping melakukan berbagai upaya untuk pengobatan warga yang mulai terserang penyakit ditenda pengungsian. Pihaknya juga telah melakukan upaya untuk mempersiapkan ketersediaan air dan sanitasi.

“Kebutuhan air dan ketersediaan sanitasi yang layak menjadi prioritas kami saat ini di lokasi pengungsian,” terang Indah.

Selain itu ditenda pengungsian juga tercatat sebanyak 5.552 kelompok rentan. Masing-masing ibu hamil 300 orang, bayi 441 orang, balita 2.206 orang, dan lansia 2.605 orang.

Kemudian banjir bandang yang menimpa enam kecamatan ini mengakibatkan 38 orang meninggal dunia, sembilan dinyatakan hilang, 106 orang menjalani perawatan dan 3.627 kepala keluarga (KK) atau sekitar 14.483 jiwa yang berada di tenda pengungsian.

Kerusakan Infrastruktur

Banjir bandang di Luwu Utara juga menyebabkan kerugian material. Mulai dari infrastruktur, lahan pertanian dan perkebunan hingga usaha mikro.

BACA:  Bertambah Lagi, Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang Lutra Tercatat 38 Orang

Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani menyebutkan, ada beberapa kerusakan infrastruktur akibat banjir bandang.

Antara lain fasilitas pendidikan seperti sekolah sebanyak sembilan unit, rumah warga 4.202 unit, fasilitas ibadah baik masjid, maupun gereja sebanyak 13 unit, fasilitas kesehatan tiga unit, kantor pemerintah delapan unit, dan pasar tradisional satu unit.

Kemudian jaringan jalan sepanjang 12,8 kilometer (Km), jembatan delapan unit, fasilitas umum yakni ruang terbuka hijau (RTH) sebanyak dua unit, jaringan air bersih sepanjang 100 meter, irigasi dua unit, kantor perbankan dua unit, rumah jabatan dua unit dan bandara satu unit.

“Banjir bandang ini juga merusak 219 hektare lahan pertanian dan 241 hektare lahan perkebunan. Selain itu juga merusak 61 unit usaha mikro, dan usaha perbengkelan sebanyak empat unit,” jelasnya.

Menurutnya, hingga saat ini jumlah kerugian belum dapat ditaksir karena masih dalam tahap perhitungan. Termasuk pada kerusakan infrastruktur.

BACA:  Bupati Luwu Utara: Jangan Anggap Enteng Covid-19!

“Masih konsolidasi data, jadi belum bisa dihitung berapa kerugiannya,” kata Indah.

Ia mengaku pada penanganan tanggap darurat masih terkendala beberapa hal. Misalnya pada pengerjaan jalan nasional masih terkendala hujan sehingga menganggu mobilitas di lapangan.

Pembenahan jalan nasional ini menjadi fokus utama mengingat jalan nasional adalah jalur transportasi utama untuk logistik, selain itu menjadi jalan ke provinsi lain seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

“Allhamdulilah dari balai jalan sudah bekerja maksimal, cuman kendalanya karena cuaca, masih sering hujan sehingga menganggu mobilitas di lapangan,” katanya.

Selain itu, untuk penanganan sungai memang ada tantangan juga karena misalnya untuk Sungai Masamba, elevasi sungai lebih tinggi dari elevasi jalan.

Sehingga perlu dicarikan cara untuk mengalirkan airnya terlebih dahulu ke drainase-drainase yang ada.

“Untuk pembersihan rumah warga belum dulu, kita kerja secara bertahap dan yang menjadi prioritas,” tegas Indah.

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT