Kontroversi Hasil Otopsi dan Masa Depan Kedokteran Forensik di Indonesia

Gambar Gravatar
Otopsi

SULSELSEHAT – Istilah autopsi mungkin tak asing lagi karena sering kita dengar, baik di berita televisi ataupun ketika menonton film kriminal.

Bahkan, pada beberapa pekan terakhir, istilah ini semakin santer kita dengar karena berkaitan dengan skandal fenomenal yang terjadi di tanah air.

Permintaan otopsi ulang atas jasad Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat, yang dibunuh atas perintah atasanya, Inspektur Jenderal Polisi Ferdy Sambo, menunjukkan tingginya ketidakpercayaan keluarga atas hasil otopsi yang pertama.

Masalah kontroversi otopsi ulang jasad ini sebenarnya hanya puncak dari fenomena gunung es masalah serius kedokteran forensik di Indonesia selama puluhan tahun.

Otopsi, atau dalam kata lain “autopsi”, adalah investigasi medis terhadap jenazah untuk memeriksa penyebab kematian.

Kata “autopsi” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lihat dengan mata sendiri” dan kata “nekropsi” yang juga berasal dari bahasa Yunani artinya “melihat mayat”.

Indonesia adalah negara berpenduduk 270 juta yang hingga saat ini belum memiliki sistem pemeriksaan kematian (otopsi) yang andal, objektif, independen (bebas dari tekanan), dan imparsial (tidak memihak).

Padahal, sejak 2007 WHO telah menyuarakan pentingnya Civil Registry and Vital Statistics (CRVS). Sistem ini pada intinya mengharuskan pemeriksaan atas semua kematian yang terjadi.

Indonesia adalah negara besar yang belum memiliki sistem pemeriksaan kematian yang adekuat dan memenuhi standar internasional.

Keikutsertaan Indonesia dalam CRVS sebatas sampling, belum berupa registry.

Indonesia hanya menguji petik atau kasus tertentu, misalnya hanya angka kematian ibu dan bayi di lokasi tertentu saja.

Sedangkan registry itu pemeriksaan dan pencatatan seluruh kasus kematian dimana semuanya diperiksa bukan berarti semuanya harus diotopsi.

Tanpa ada perbaikan sistem pemeriksaan kematian, kontroversi hasil otopsi akan sering muncul. **

Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.

INFORMASI TERKAIT