Makassar, SULSELSEHAT – Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel swab pasien PDP Covid-19 dianggap lama baru bisa diketahui hasilnya dan sering berbuah masalah.
Sejumlah kasus yang tidak diinginkan terjadi. Yang terbaru, Nurhayati, pasien PDP Covid-19 di RS Bhayangkara Makassar meninggal dunia. Setelah pemakaman, hasil swab-nya baru keluar dan ternyata negatif. Hal ini berbuntut polemik.
Terkait hal ini, SulselSehat.com menghubungi dr. Aswan Usman, M.Kes, Kepala Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar, Sabtu (06/06/2020) sore.
“Lamanya dimana? Kalau sampel masuk di atas jam 2 siang, baru dikerjakan besok,” jawabnya saat ditanya mengapa hasil swab tes lama baru bisa diketahui.
Dia menjelaskan, jika sampel swab masuk ke laboratorium BBLK sebelum tengah hari, maka hasilnya bisa diperoleh paling lambat pada sore harinya.
“Sistem kami, dari pagi sampai jam 2 siang itu kerja ekstraksi. Kita ada 4 orang yang urus ekstraksi. Setiap orang mendapatkan 24 sampel, jadi total ada 96 sampel per sekali running,” ungkapnya.
Setiap hari, BBLK Makassar rata-rata melakukan 5-6 kali running. Sehingga jumlah sampel swab yang diselesaikan bisa mencapai 500-an.
“Paling minimal kami lakukan 4 kali running atau sekitar 376 sampel, tergantung jumlah sampel yang masuk per hari,” tambah alumni Kedokteran Unhas ini.
Aswan meyakini, masalah telatnya hasil pemeriksaan swab yang kini ramai diperbincangkan, bukan berada pada pihaknya.
“Kami di sini paling lambat selesaikan pemeriksaan sampel itu 2 hari. Itu paling maksimal, tapi rata-rata sehari selesai asal tidak ada kendala,” tegasnya.
“Permasalahan yang saya lihat, rata-rata sampel dikumpul dulu oleh pihak rumah sakit baru dikirim ke kami,” tambah dia.
Padahal kalau mau cepat, lanjut Aswan, sampel bisa saja segera dikirim ke laboratorium tanpa harus menunggu terkumpul banyak dulu, apalagi untuk sampel yang diprioritaskan.
“Masyarakat berpikir lama pemeriksaan itu sudah dihitung sejak pengambilan sampel swab oleh petugas di rumah sakit. Padahal seharusnya dihitung sejak sampel tersebut masuk di laboratorium,” bebernya.
Aswan berharap, kordinasi dan komunikasi antara para stakeholder yang menangani Covid-19 ditingkatkan lagi.
“Kita perkuat saja kordinasi. Tidak ada salahnya hubungi kami, sampaikan bahwa ada sampel yang butuh diperiksa cepat. Semua bisa dikomunikasikan,” tutupnya.
Untuk diketahui, BBLK Makassar adalah salah satu laboratorium rujukan Covid-19 dengan kapasitas terbesar untuk wilayah Indonesia Timur, meliputi Sulawesi, Maluku dan Papua.
Untuk saat ini, pemeriksaan sampel swab juga sudah dapat dilakukan di Hasanuddin University Medical Research Center (HUMRC) dan Laboratorium Patologi Klinik RS Wahidin Sudirohusodo.
Selain itu, juga bisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Makassar, Balai Besar POM di Makassar, Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Soppeng.
Baca berita terbaru SulselSehat langsung di email Anda, klik di sini untuk daftar gratis. Jangan lupa ikuti kami melalui Facebook @sulselsehatcom. Mau terbitkan rilis berita atau artikel opini di SulselSehat? Kirim ke email: redaksisulselsehat@gmail.com.